Sabtu, 17 September 2011

Kawan ajarkanlah aku arti ikhlas

Pagi ini aku berjalan dengan langkah pasti menuju masjid kampus,memang disana setiap akhir pekan selalu diadakan kajian di pagi hari. Hari ini aku berharap untuk bisa bertemu dengan salah satu teman akrabku yang baru saja pulang kampung untuk menyelesaikan urusanya dengan orang tuanya. Sudah terhitung cukup lama untuk ukuran mahasiswa dia meninggalkan kami yang tengah padat-padatnya aktivitas di kampus.
Akupun memasuki pelataran masjid kampus dan kulihat disana sudah banyak orang yang menghadiri majelis ilmu ini, aku kemudian memasuki masjid dan bergabung dengan kawan-kawanku yang lain, namun belum kulihat temanku yang kunanti tadi, “kemana dia ya? kok belum ada disini ?” gumamku dalam hati, untuk menuntaskan rasa penaranku aku mencoba bertanya pada teman yang ada disebelahku yang merupakanku adik tingkat di fakultasku, ” Dik ,Lihat Mas Fatih dah datang kesini ? tanyaku
” beliau ada disebelah sana mas, ” katanya sambil menunjuk ke salah satu pojok bagian masjid.
“oh makasih ya dik” balasku
Aku kemudian sejenak meninggalkan tempat dudukku untuk menemui fatih yang tengah duduk disalah satu bagian masjid , kulihat wajahnya agak murung, ada apa dengan dia pikirku.
” assalamu’alaikum !” aku mengucapkan salam padanya.

“wa’alaikum salam warrahmatullah ” jawabnya ringan
” lama nggak ketemu kok sekali ketemu ente keliatan murung , lagi ada masalah apa? oh ya kabar keluarga dirumah gimana? ” aku mencoba mengawali pembicaraan,
” Kabar keluarga baik akh,” jawabnya singkat dengan pandangan kosong meatap kedepan seolah-olah ada hal berat yang tengah disembunyikan. Aku teringat pada perkataanya ramadhan kemarin yang merupakan juga alasanya pulang ke rumah menemui orang tuanya, sebuah upaya untuk meyakinkan orang tuanya dan juga beberapa orang yang lain terkait niat mulianya itu. Ia mengutarakan semua rencananya padaku, apa itu yang menjadi permasalahanya saat ini? aku hanya bertanya dalam hati.
” Hasilnya bagaimana akh? ” tanyaku penuh selidik, karena aku termasuk orang yang tahu proses yang tengah dilaluinya.
” Orang tua ane sebenarnya sudah sepakat dan memberikan restu, proses pengajuan juga sudah ane lakukan, tapi ternyata ada beberapa hal yang mengganjal…,”
kulihat dia seolah-olah berat ingin mengatakan sesuatu
“Ngobrolnya pindah ke dalam sekretariat aja akh, ada yang ingin ane sampaikan lebih lanjut, tapi kalau disampaikan disini nggak enak sama peserta kajian, Ayo !” ajaknya padaku.
Aku mengangguk tanda setuju, Fatih berjalan gontai menuju Sekretariat LDK yang terletak disalah satu pojok masjid,aku menatap langkahnya dengan penuh perhatian seolah-olah dari sikapnya sejak tadi aku sudah tahu apa yang ingin disampaikanya, sebuah hal yang juga merupakan jawaban baginya , tapi aku sudah mempersiapkan untuk kondisi saat ini dimana ia hanya mau bercerita pada orang-orang tertentu saja,serta dengan sebuah kepastian jawaban dimana aku sebagai salah satu teman akrabnya juga ingin mengetahuinya.
Aku kemudian berjalan mengikutinya namun pikiranku terbang melayang ke masa tiga tahun silam disaat aku masih merupakan mahasiswa baru, sebuah memori bersama kawan satu kos-kosan yang masih teringat hingga sekarang.

****************
Siang itu panasnya kota semarang benar-benar menyengatku, sebuah kondisi yang sangat kontras dengan daerah tempat asalku, apalagi aku baru beberapa bulan di kota Atlas  ini masih belum terbiasa, ditambah serangkain agenda penerimaan mahasiswa baru yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan yang padat, belum lagi ditambah Praktikum yang semakin menguras tenagaku siang ini,  Setelah sampai dikos langsung minum air sampai puas ah, kalau perlu sekalian berendam dikamar mandi biar puas,pikirku, akupun menyusuri gang menuju kosku yang merupakan rumah yang dikontrak oleh anak-anak Rohis dan dikelola secara islami,
” akhirnya sampai juga, ” kataku begitu sampai didepan pintu kos, ” Assalamu’alaikum” aku mengucap salam pada penghuni kos, ucapan balasan salam terdengar dari dalam, akupun langsung menyambar botol berisi air mineral dan meminumnya, kusandarkan tubuhku didepan pintu kamarku, kulihat kawanku Rahman yang juga mahasiwa baru tengah duduk santai di kamarnya sambil membaca sebuah buku.
” lagi baca buku apa ,Man ? ” tanyaku pada temanku yang bernama rahman tadi
” ini buku teman yang dipinjemkan padaku, mau baca juga? ” balasnya sambil melangkah keluar dan menunjukkan buku yang tengah dibacanya padaku.
Sebuah buku dengan sampul warna ungu, berukuran sedang, aku tertarik membaca judulnya “Don’t Cry” tertulis besar, dan tulisan berukuran lebih kecil dibawahnya” Ketika mencintai, namun tak bisa menikahi” karangan Fadlan Al Ikhwani, terbitan ProU Media Grup , “ini kan penerbit buku dari jogja yang menerbitkan bukunya  Salim A Fillah ya ” kataku mengingat-ingat salah satu pengarang yang juga bukunya diterbitkan dari ProU Media, karena aku pernah mengikuti bedah bukunya saat masih kelas 3 SMP, yang kalau tidak salah menjadi buku pertama yang diterbitkan oleh Penerbit serupa.
” Iya , katanya kalau tinggal di kos ini kan harus membiasakan meperbanyak buku-buku keislaman, baca aja buku itu Ri, siapa tahu bermanfaat” Rahman menimpali
” Tapi kok judulnya aneh gini, pasti nuansa merah jambu dan pernikahan kental didalamya nih ” kataku setengah bercanda
” Lha kalau  baca buku-buku berat kayak Riyadhus Sholihin, Syarah Hadis atau Risalah pergerakan nanti cepat bosan, membiasakan itu dari yang ringan ringan dulu, menyesuaikan dengan kultur wisma islam ini, kalau manggil saudara juga sekarang dibiasakan akhi, ente, ane,antum , agak ribet juga tapi nanti lama-lama biasa juga” Rahman menjelaskan panjang lebar.
” Iyaaa Akhi, ane baca dulu bukunya ya, nanti kalau udah tak balikin siapa tahu dapat isnpirasi baru merancang masa depan he..he” balasku sambil cengegesan masuk kamar.
Besok malamnya Aku berkata pada Rahman, “Man bukunya itu mau dibalikin ke yang punya kapan ? “
” Sebenarnya besok mau tak balikin ke yang punya, udah selesai bacanya? ” rahman balik bertanya.
” belum sih, baru separuh yang tak baca, tapi kalau mau dibalikin besok juga nggak papa, lain kali aja aku nerusin bacanya, emang ente dah selesai baca? Coba pendapat ente apa setelah baca buku itu ? kataku
” tinggal dikit lagi sih, makanya mau tak kejar dulu sebelum tak balikin, kalau menurutku sih buku itu merupakan bagian solusi dari problematika anak muda, khususnya yang kental dengan aktivitas dakwah, kapalagi buku itu ditulis dilandaskan pada pengalaman pribadi pengarangnya” jawab rahman masih dengan nada serius.
” pengalaman pribadi ditolak ketika melamar anak gadis .eh.. maksdudku akhwat yang dicintainya gitu? ” aku mencoba memancing diskusi,” masak sih ada ikhwan anak rohis yang ditolak ketika mengajukan lamaranya?”
” Ya kan bisa saja, menerima atau menolak itu kan hak muslimah yang dilamar, emang jadi jaminan kalau anak rohis melamar langsung diterima, ya belum tentu juga, namamya juga hidup kan penuh pilihan”
” bukan begitu maksudku, paling nggak kan kalau anak rohis kan udah sholeh duluan, secara kualitas dan pemahamn agama tentu juga lebih baik daripada orang awam pada umumnya, terus kenapa mesti ditolak, kurang apa lagi coba ? apa ada juga akhwat yang tega menolak dan melukai perasaan saudara semuslim dalam urusan seperti ini” aku mencoba membantah.
” kan sudah kubilang bisa saja terjadi hal kayak gitu, lagian kalau si ikhwan itu sakit hati ya wajar ikhwan kan juga manusia biasa, tapi yang penting bisa bersikap bijak, kan lebih ngerti kaidah dalam agama, emang kalau ente mau gimana kalau ditolak ? Mau nangis semalaman, apa langsung mundur dari aktivitas dakwah ? atau mau loncat gedung bertingkat ?” Rahman membalas dengan ekspresi muka setengah menggoda.
” emang ente kira kita dakwah itu karena apa Man, ? Karena harta atau wanita, enggak lah, yang penting kita itu dakwah ikhlas karena Allah !” kataku sambil menuju kamar untuk mengambil buku itu.
” Nih bukunya, walaupun baru sebagian yang tak baca, insya Allah sudah bermanfaat kok. tak lanjutin lain kali aja, salah satu hikmahnya Tetap tegar dan berdoa pada Allah agar dijaga dari fitnah dunia yang melenakan dan dapat merusak niat” kataku sambil menyerahkan buku itu pada rahman,” dan yang lebih penting, kalau sudah ada kecenderungan untuk menikah segera saja menikah jangan terlarut dalam fitnah akh, lagian saya  juga belum yakin kalau bakal nemuin kejadian seperti dibuku ini”

Aku segera kembali ke kamar dan meninggalkan Rahman dikamarnya.
itulah memori diawal-awal aku menjadi mahasiswa baru, yang ternyata jawabannya aku dapatkan bertahun-tahun kemudian dari sebuah teman bernama Fatih. Pertama-tama bertemu Fatih aku mengenalnya sebagi orang yang cukup enak diajak ngobrol, tegas, suka memberi tausiyah, sering mengajak jalan-jalan dan mengajakku dalam segudang aktivitas dakwah lainnya bersama anak-anak Rohis lain dikampus.Aku, Fatih, Rahman dan teman-temanku yang lain, ada Pram dan rizky , menjadi seperti sahabat satu dengan yang lain. Fatih Sendiri kemudian menjadi ketua Rohis Fakultas Teknik, dimana aku beraktivitas juga, aku sendiri menjadi bagian dari timnya, sedang teman-temanku, Pram yang kemudian jadi Presiden BEM Fakultas,Rahman yang jadi aktivis ekstra kampus, rizky yang lebih aktif dikelompok studi, aktivitas kami yang bersama dalam kajian halaqoh pekanan sering jadi ajang sharing antar lembaga bahkan mengungkapkan masalah pribadi yang mengganjal.
Kawan kuceritakan dalam kisah ini,pertemanan kami satu dengan yang lain sangatlah akrab sehingga masalah pribadi kami sering dibicarakan satu dengan yang lain, termasuk pada suatu sore itu ketika Fatih mengajakku makan mie di salah satu warung favoritnya, dia mengungkapkan sebuah niatannya untuk segera menikah, dulu-dulu aku menganggapnya sebagai sebuah candaan, namun tidak untuk sore itu, dia bercerita kepadaku tentang masalah yang mengganggunya selama beberapa waktu  terakhir.
” Akh Ari, ane sepertinya memang seharusnya segera menikah ” katanya mantap
aku sejenak menghentikan makanku, dengan sorot mata curiga ala detektif kutatap wajah fatih, ” antum serius ?!”
” lho sejak kapan ane nggak serius ?” fatih balik bertanya dengan muka lucunya
” Dari dulu antum tuh cuma kampanye terus, mau nikah cepat lah, mau nikah sebelum lulus lah tapi sampai sekarang mana aksinya ? ah no action Talk only” aku mencoba memberikan pernyataan menohoknya.
” iya itu dulu akh, tapi sekarang fitnah ini harus segera diakhiri, jika tidak nanti aktivitas ane dikampus bakalan terganggu karena beliau”
Segarnya es jeruk yang melewati kerongkonganku seolah tak berasa lagi ketika aku mendengar kalimat terakhirnya,
” beliau siapa akh? wah antum ni udah punya calon ya ? apa jangan-jangan dah nembak duluan , ternyata antum itu…hemmm”
“antum jangan suudhon dulu, jangan kira ane nggak tahu kaidahnya akh, ane kan baru bilang mau menikah, persoalan siapa calonya kan…” Fatih terhenti berkata,
” Kenapa akh, antum nggak mau ngaku kalau sudah ada kecenderungan, atau sudah punya calon tapi nggak diproses-proses, “
kulihat fatih hanya tersenyum kecil
” Atau …? antum tidak membicarakan kalau beliau itu teman dekat antum yang kemarin diceritakan pernah ada masalah sama antum kan ?
” bukan begitu akh, sebenarnya sejak ane masih di SMA , sudah pernah menentukan kriteria seperti apa calon istri ane nanti, ane menyadari menikah ini adalah bagian dari pada membangun dan menegakkan din islam ini, karena itu ane tidak mau sembarangan, sebuah standar yang ane buat sejak lama, untuk kemudian dapat mempermudah ane dalam mencapai targetan yang ingin dicapai” Fatih menjelaskan alasannya
” Emang kriterianya apa aja akh”
” Ada beberapa salah satunya adalah istri ane nanti semoga memiliki akidah yang kokoh dan bebas dari perilaku bid’ah , serta beliau nanti juga hendaknya memiliki karakter dasar muslimah pembangun peradaban yaitu mar’atusholihah, zaujatul muthi’ah, ummulmadrosah” Fatih terdiam sejenak,
” Mantap betul standar antum akh. terus ? ” komentarku
” Ternyata ane sudah menemukan kiteria – kriteria  tadi pada seseorang, dan ane hanya bisa memendam perasaan ini sejak semester tiga, dan belum pernah ane tindak lanjuti ke jenjang selanjutnya, namun kini tidak lagi akh , ane mantap untuk segera melalui jalan yang benar untuk menuntaskan fitnah ini, ane akan proses segera”
” Ya RAbb, sampai segitunya akh, antum serius banget nih , mau tahun ini ?”
” ya seriuslah, antum itu kayak tidak tahu ane saja, kalau ane sudah bilang ya, maka akan tetap ane lakukan , kalau bilang tidak maka juga tidak sekalian, ane proses dalam waktu dekat” Fatih berkata tegas dengan sorot mata khasnya.
” WAh kalau kayak gini harus segera dituntaskan akh, antum jangan bermain api dalam hal ini, dengan antum memelihara perasaan pada seseorang yang belum tentu akan jadi istri antum, kapan mau dituntaskan? mau Ramadhan atau Syawal tahun ini?
Fatih belum menjawab pertanyaan dariku, ketika pram dan rizky datang berboncengan dan bergabung dengan kami,
” Afwan Telat! habis rapat BEM dulu, lagi pada ngobrolin apa nih ” Pram menyapa kami ringan sambil menyalami kami berdua.
” Nih Akh Fatih mau nikah katanya !”
” Eh Serius pak, mau tahun ini ? sama siapa? dah maju belum? ane siap deh jadi panitia, bagian MC pas walimahan juga boleh,” kata Pram penuh semangat
Fatih hanya cengar-cengir saja diberondong pertanyaan dari pram,
” Katanya sih dah ada calon, baru mau diproses katanya” aku menjelaskan
” Serius Ri, mau sama siapa? Risky bertanya padaku,
” Katanya sih sudah ada kecenderungan ma  teman dekatnya kali,”
“Teman dekat yang mana?”
” antum itu kayak kagak ngerti aja, jurusan akhi kita yang satu ini kan tergolong minim akhwat ,bisa jadi juga teman sekelas, atau teman satu lab ” kataku penuh nada spekulasi
” He teman dekat? serius, kan cuma ada itu tuh” pram tambah menimpali
” Antum itu jangan ngawur semua, teman-teman dekat!, apalagi teman sekelas, jangan berspekulasi gitu, ane itu dari dulu termasuk susah berkomunikasi sama akhwat, jadi ketua rohis aja sering kisruh, apalagi ma akhwat teman sekelas, tambah ribet lagi, yang mayoritas kan laki-lakinya yang banyak, beliau yang jelas masih orang sini lah ” Fatih dengan nada bijak mencoba memberikan penjelasan pada kami bertiga yang mulai terbawa arus mencari-cari siapa “beliau” itu.
” Yo monggo! nanti kalau dah jadi ane dikasih tahu ya, nanti kita siapin panitia, Rizky siap jadi ketua panitia kan? kata Pram
” Ok bro! nanti kita tunggu tanggal mainnya aja, ngomong-ngomong laper nih akh, mienya kayaknya enak, minta dong” rizky langsung sigap meminta mie yang ada didepan Fatih
” hush, pesan sendiri sana nanti dibayarin Fatih pokoknya” kataku, beginilah keributan kecil kami kalau sudah ada di warung makan dari dulu selalu begitu.
Setelah obrolan kami sore itu, Fatih terlihat semakin sibuk dengan berbagai macam aktivitas yang kami sendiri tidak tahu kemana perginya, mungkin sedang mengurus proses pernikahannya, lobi sana-sini termasuk orang tuanya , tanya sewa gedung segala mungkin suatu  saat nanti , namun jujur saat itu aku masih mengira-ngira sebenarnya siapa “beliau” itu, aku hanya menunggu saja, siapa tahu nanti Fatih mau terbuka sendiri.
Jawaban atas pertanyaan itu akhirnya terbuka beberapa bulan kemudian ketika  memasuki bulan ramadhan 1431 H, suatu saat menemui kami ada pram,rizky, rahman dan mengajak  kami berdiskusi di pelataran masjid kampus tercinta,
” Sampai dimana akh perkembanganya?” tanyaku mencoba memancing jawaban yang selalu ku tunggu
” Doakan semoga lancar akh, sedang ane urus nih, maka dari itu ane benar-benar mohon bantuan doa dan dukunganya ya akh,”
” Antum ini aneh akh, minta didoakan agar dipermudah dan diberikan kelancaran dalam mengurus pernikahan tapi kami nggak dikasih tahu siapa sebenarnya beliau yang dari dulu membuat galau antum, yang katanya memenuhi kriteria yang telah antum tetapkan, betul nggak Man? kataku
” yup, betul” kata rahman,” Lha wong ane yang   satu jurusan aja nggak dikasih tahu kok”
” Hei antum itu ! jujur ya ane sampaikan, ketika dulu ane cerita mau menikah dengan seseorang, harapanya adalah semoga antum bisa menempuh jalan yang telah lebih baik dari ane, intinya kalau bisa jangan mengikuti jejak ane yang terlalu cepat mencintai seseorang, sehingga harus mengalami hal seperti ini”
” Antum jangan terlalu banyak retorika akh, jangan pula berdiplomasi, ane kan hanya pingin tahu apakah beliau yang antum maksud itu, adalah teman dekat antum yang dulu antum ceritakan, kalau antum pernah menasehati beliau ketika berbuat kesalahan sampai beliau menangis, yang karena sesuatu  hal lain ai organisasi antum juga turut menjauh, aplagi dikelas antum juga katanya semakin sulit komunikasi, mau ngobrol aja katanya susah, Iya apa betul dia ? tanyaku memberondong Fatih
Fatih hanya terdiam dan menatap ke depan dengan tarikan nafas panjang dia lalu berkata, ” Sebenarnya begitu akh, tapi ane harap ini menjadi rahasia kita saja, jangan sampai banyak orang yang tahu, takutnya timbul fitnah yang lebih besar lagi”
” Ya Rabb, betul kan Pram! jadi memang ukhti Aulia kan,” kataku pada Pram
” Ternyata beliau tho yang antum harapkan , sudah antum utarakan kan pada orang tua, kapan mau datang melamarnya? apa tinggal nunggu jawaban? tanya pram
” Ane baru minta bantuan bu zulia untuk menyampaikan pada beliau, tapi ane pingin sampaikan  sebenarnya ane dulu sempat mengalami kesulitan komunikasi dengan Aulia juga karena hal ini, jadi….”
Fatih terdiam sejenak, dari gurat mukanya ia mengajak kami untuk berpindah tempat mencari sebuah suasana yang cocok untuk curahan hatinya kali ini
Kami pun melangkah pergi dan diperjalanan Fatih menceritakan segala dari awal apa saja yang menyebabkan ia akhirnya memilih untuk mengajukan diri pada u Aulia lewat bu zulia dan yakin mau memilih Aulia sebagai calon istrinya.
“Sebelum sampai kesana akh, ane minta bantuan antum semua untuk menyelesaikan ini” Fatih melanjutkan pembicaraan sembari mengeluarkan berkas-berkas dari stofmap yang dibawanya,”
” busyet apa aja ini akh, CV, rancana ekonomi, deskripsi diri, perjalanan dakwah, targetan ,banyak banget yang mesti diisi , ane mesti ngambil dasar teori darimana nih, kan nggak mungkin dari bukunya Tipler atau Adam Smith” Rizky bereaksi melihat tumpukan berkas didepanya
” ini ane minta bantuan antum sekalian ya ,buat ngisi deskripsi diri, buat taaruf nih”Fatih meminta bantuan kami
” Ngapain make ginian segala, lha kan dah teman sendiri, saling mengetahui satu dengan yang lain karakternya” Pram menimpali
” udah lah bantuin saja, mana lihat satu, eh akh jangan nyesel ya minta bantuan kami, syaratnya nanti ane ngopi berkasnya ya buat persiapan ” kataku sembari bercanda.
” antum itu nanti juga tahu sendiri kalau sudah saatnya” kata Fatih
Kami tak mengetahui lagi perkembangan proses menuju pernikahan yang sedang beliau urus hingga hari raya idul fitri usai, bahkan kami juga tidak tahu juga ternyata jika berkas-berkas yang harusnya Fatih isi itu yang berisi biodata itu ternyata tidak pernah sampai ke tangan Aulia. Bahkan FAtih kemudian menghilang hingga kurang lebih satu bulan setelah idul fitri lamanya dirumahnya meninggalkan kami di semarang. Aku pun terus menunggu hingga saat ini tiba.
***************************
Sekretariat LDK yang terletak di pojok bangunan masjid kampus itu memiliki ukuran cukup luas, dilengkapi dengan lemari buku dan arsip-arsip serta beralaskan karpet, dari ventilasi udara berukuran cukup lebar angin bertiup sepoi-sepoi menjadikan ruangan sekretariat ini senantiasa sejuk. Tak masalah ketika FAtih memilih tempat ini sebagai tempat sharing.KAmi memilih duduk lesehan di lantai beralaskan karpet.
” Jadi bagaimana akh, antum sudah dapat jawaban dari Ukhti Aulia? ” aku menyampaikan pertanyaan yang seolah-olah retoris bagiku sendiri,
” Apapun yang sekarang terjadi pada ane, harapanya antum kemudian jangan mengikuti jejak ane dalam mencintai dan ingin menikahi teman dekat akh, terlebih sama-sama aktivis dakwah, benar dulu ane sampaikan, ane terlalu cepat memilih aulia …” kata fatih dengan nada datar dan penuh menahan perasaan kecewa
” Intinya akh, antum ditolak lamaranya sama beliau”
” Iya seperti itulah yang disampaikan kepada ane, awalnya ane tak percaya lalu ane konfirmasi langsung ke beliau dan …” Fatih terdiam kulihat berat ia untuk berkata, dari rona matanya yang memerah menahan air mata  menunjukkan bahwa ia tengah mengalami kekecewaan dan shock yang sangat berat.
” Aulia menyampaikan bahwa ia sesungguhnya sangat berat untuk mengambil pilihan ini, ia mengatakan berbagai pertimbangan bahwa sebenarnya ia juga tahu bahwa ane suka sama beliau sejak lama, dan beliau mengatakan bahwa teman-teman satu angkatan juga sudah tahu itu, hal itu  ditunjukkan dari sikap ane selama ini terhadap beliau yang katanya memang mencerminkan akan hal itu, namun yang lebih penting adalah……” ia kembali terdiam
“…. atas pertimbangan perjalanan dakwah ke depan, bahwa jika Kami berdua menikah maka akan timbul preseden buruk terhadap aktivis dakwah yang ternyata tidak jauh berbeda dengan masyarakat awam dalam menentukan pilihan dalam pernikahan seperti ini, ia tidak bisa menerima jika hal itu sampai terjadi, dan jujur ane sendiri juga tidak bisa mengerti preseden buruk apa yang beliau maksud..padahal..padahal….” Fatih kembali terdiam, kali ini air matanya benar-benar menetes keluar.
Aku sendiri juga tidak tahu akan bersikap seperti apa jika di posisi seperti fatih saat ini.
” Akh ane rasa tidak senaif yang antum bayangkan pemikiran beliau, menurut ane beliau sangat ingin menjaga kemurnian niatan dakwah ini akh, agar kemudian keikhlasan dakwah ini tidak ternoda akan hal-hal duniawi seperti ini, agar kemudian peristiwa ini tidak tertular yang kelain,
“ ane sadar akh di era dakwah yang terbuka seperti ini fenomena nuansa merah jambu yang menggelayuti para anak muda yang mengusungnya sangat potensial muncul akh, kemudian sikap seperti yang antum lakukan akan semakin banyak yang meniru, padahal ini tidak baik dalam konteks dakwah, bisa-bisa melencengnya niat para pengusungnya akan merebak, dan ini akan memunculkan rasa ketidak adilan karena para ikhwan tentu sudah memiliki pilihan masing-masing, lantas bagaimana dengan akhwat yang tidak dipilih” aku mencoba memberi argumentasi positif. Sembari mencoba mengirim SMS pada Pram untuk segera menyusul kami kesini.
” Memang betul yang antum sampaikan akh, satu hal yang beliau sampaikan adalah ..Syukron atas perhatian antum dan niat mulia antum untuk menikahi ane akh, tapi pilihan yang ane ambil ini semata-semata hanya untuk mengembalikan  makna niat awal kita dalam dakwah ini akh, jangan sampai kemudian generasi dibawah-bawah kita semakin terhempas lebih dahsyat oleh fenomena seperti ini, jika memang ini yang terbaik bagi kita maka anggaplah ini sebagai bentuk pengorbanan kita berdua dalam dakwah ini, bahwa keikhlasan amal dakwah karena Allah dapat tetap terjaga dan tidak diwarnai oleh niatan-niatan yang lain dan menjadi hikmah bagi yang lain, biarpun begitu silaturahim diantara kita tidak akan terputus karena kitas selamanya adalah saudara  sesama muslim akh, semoga antum menemukan orang lain yang lebih baik dari ane sebagaimana yang antum harapkan”  kata Fatih masih dengan suara rendah menirukan apa yang disampaikan oleh Aulia,
aku tak percaya Fatih yang kukenal tegas, tegar, dan jika berbicara didepan forum sangat garang dan mampu mendominasi forum, menjadi begitu melankolis saat ini. Pram kemudian tak lama datang ke ruangan sekretariat, aku memang memintanya datang untuk membantu memberikan pendapat, kutahu pram lebih baik dalam urusan seperti ini,akupun menjelaskan padanya runtutan peristiwa yang menimpa Fatih,
” Sudahlah akh, insyaAllah antum akan menemukan pengganti Jauh lebih baik dari beliau sesuai dengan yang telah Allah tetapkan” Ujar Pram datar mencoba menenangkan, ” Lebih baik sekarang antum meningkatkan amalan antum, hafalan al qur’an sebagai bentuk muroqobah pada Allah, dan lama-kelamaan antum akan bisa melupakan harapan pada Aulia dan menganggap beliau sebagai teman dan saudara,bahkan setelah beliau telah menikah dengan ikhwan lain dan berkeluarga, begitu juga dengan antum sendiri,”
” oh ya jangan lupa TA segera diselesaikan ya akh, kan antum nggak grogi lagi tho, ukhti Aulia kan sudah diwisuda dan pulang ke daerah asalnya, jadi di lab nggak bakalan ketemu lagi, Ayo semangat pak nggak malu sama laboran atau tukang parkir lab kalo kelamaan jadi penunggu lab” tambah Pram sambil bergurau.
Kami kemudian sesaat bisa tersenyum lega atas gurauan Pram tadi,Kamipun segera keluar meninggalkan sekre dan bergabung dalam aktivitas teman-teman yang lain.
Ya Rabb engkau telah menjawab pertanyaanku semasa dulu, Apa mungkin ikhwan akan ditolak kalau mengajukan lamaranya? Ah jawaban Allah senantiasa lebih indah, jawaban lewat kawanku sendiri dan juga mengajarkanku arti ikhlas diatas nama dakwah, serta menjaga kesucian niat, Brother ! Don’t Cry ! Ketika mencintai, namun tak bisa menikahi, Masih ada Allah yang Cint-Nya Tak terbatas dan Maha Luas. (izzudindp)
Kisah ini untuk diikutsertakan dalam Lomba Kisah Menggugah Pro-U Media 2010 di http://proumedia.blogspot.com/2010/10/lomba-kisah-pendek-menggugah-pro-u.html

adapted from: shineindonesia.wordpress.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us