Rabu, 31 Oktober 2012

SERIAL ANDROMEDA 3: Langit Lazuardi menjadi saksi


Episode sebelumnya:
Andra bersilaturahim ke tempat Ustadz fahmi dan bermaksud untuk pamitan meninggalkan Semarang karena diterima bekerja di Bandung, dari pertemuan sore itulah Andra jadi tahu bahwa Ustadz Fahmi masih berniat menawarkan keponakanya untuk menikah dengan Andra, Andra terkejut begitu tahu bahwa keponakan ustadz fahmi itu ternyata adalah Meyda.

Hari ini pertengahan bulan Mei, musim harusnya sudah berganti menjadi musim kemarau, namun kekacauan iklim telah menyebabkan hari-hari ini masih diguyur hujan deras, hal ini tentu agak tidak disukai oleh kalangan mahasiswa Undip yang merencanakan rihlah ke Lereng Gunung Merapi-Merbabu ini, dikemas dengan nama Kemah Ukhuwah, mereka menyelenggarakan even semacam kemah bakti di masyarakat,niatnya sekaligus observasi lapangan pasca erupsi merapi. Namun ceritanya menjadi berubah, sejak mendarat di posko Selo tadi siang, hujan deras terus mengguyur, apalagi dipadukan dengan kondisi pegunungan yang dingin lengkap sudah penderitaan mereka, gagal total semua planning mereka dihari pertama. Sekitar 30an orang mengikuti Kemah Ukhuwah ini, ikhwan dan akhwat, even ini dikoordinasikan oleh salah satu elemen mahasiswa ekstra terbesar di  Semarang. Mereka sementara ditampung di rumah pak lurah setempat, tepatnya di salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Meyda bersama Yulisa termasuk dalam salah satu panitia even ini.
“Yul, dingin banget ya disini? Mana hujan terus dari tadi” gerutu Meyda sambil mengigil kedinginan.
“ Namanya juga Gunung, yo mesti dingin kayak gini, kalau mau panas ya di Semarang sana!” timpal Yulisa dengan muka dingin.
“Yeee..maksudnya ? dasar ndak ngerasaian susahnya orang kalau nggak cocok ma cuaca esktrem kayak gini?” balas Meyda
“ Emang Semarang nggak kalah ekstrem, panasnya bisa bikin kanker kulit kaliii” kata Yulisa nggak mau kalah.
“ Ah! Ada-ada saja kau ini” balas Meyda, sambil memastikan persediaan obat pribadinya yang disimpan dalam Tas Ransel miliknya. Dia berpikir pasti ayahnya bakal marah dan nggak mengizinkan, kalau ikutan acara di Gunung kayak Gini, Meyda memang agak ngedrop kalau sudah bertemu dengan cuaca kelewat dingin kayak gini, dulu aja pas masih SMP saat liburan di Puncak Bogor, Dia sempat pingsan karena nggak kuat, namun kali ini dengan pertimbangan even terakhir yang diikutinya di Semarang sekaligus perpisahan dengan teman-teman dekatnya ia memaksa untuk berangkat juga. Setelah wisuda bulan lalu, Orang Tua Meyda memang meminta dia segera pulang ke Jakarta, praktis dia nggak bisa lama-lama lagi disemarang.
Bintang, ketua panitia dan penanggung jawab utama acara ini tampak memasuki ruangan utama rumah tempat sebagian peserta Transit.
“Kawan-kawan sepertinya kita tidak bisa menjalankan rencana kita untuk menuju ke lokasi Kemah Ukhuwah Sore ini, paling cepat jika hujan reda, habis Isya kita baru bisa berangkat kesana” katanya tegas memberitahu semua peserta.
“Memang berapa Jauh Mas, jarak menuju lokasi?” tanya salah seorang peserta.
“Sekitar setengah kilo dari sini, medan menuju kesana jalannya naik terus jadi perlu dipastikan benar-benar save, lagipula transport kesana juga baru bisa siap habis maghrib jika cuaca terus kayak gini, kita tadi nyewa pick up punya warga sini, mending kalian semua beristirahat dulu sambil menunggu hujan reda! Ok!” jawab Bintang.
“Siap pak Bos!” Yulisa tiba-tiba menyahut.
Bintang hanya tersenyum kecil, sambil melangkah keluar ia menekan nomer HP miliknya, Ia menghubungi Saiful yang sudah ada di lokasi kemah ukhuwah, ia meminta bantuan Saiful untuk menyiapkan beberapa hal disana.
“Assalamu’alaikum, gimana bro persiapan disana?” Bintang mengawali pembicaraan.
Disini dah beres, tadi saya sudah komunikasi dengan Pak RT disini, sudah disiapkan tiga rumah untuk transit malam ini, dua untuk peserta dan satu untuk panitia, nanti panitia akhwat gabung aja ma peserta akhwat, besok pagi kalian baru bisa menuju lokasi tempat kalian mau mendirikan tenda dan Sosialisasi program ke warga” jawab Saiful diujung telepon
“Bagus-bagus, teman-teman disini juga sedang istirahat, habis Isya nanti baru bisa berangkat kesana, perjalanan paling lima belas menit, Mas Rudi dah disana kan?
Udah, ni lagi ngopi ditempat Pak RT, Oh Ya, besok saya mesti ke puncak gunung Merbabu, jadi ndak bisa bantu-bantu lebih banyak, kalian dah siap kan? Karena sinyal agak susah disini, tadi sudah saya pinjamkan Handy Talki pada kawanku yang Dinas di Tim SAR Boyolali, gunakan aja untuk komunikasi panitia, satu saya bawa ke puncak, kalau ada apa-apa, tinggal kontak aja
“Ok Bro, syukron bantuannya, afwan jika banyak merepotkan”
“Ndak papa kok, dah ya, saya mau ngopi ma ngobrol lagi ma pak RT,Assalamu’alaikum”
Setelah menutup telepon, Bintang lalu bergabung dengan panitia yang lain, mereka asyik mengobrolkan banyak hal tentang kondisi di lereng Merbabu ini.
*****************************************************
Malamnya rombongan itupun menuju lokasi kemah ukhuwah dengan naik tiga mobil pick up. Sambutan warga pun cukup ramah atas kedatangan mereka. Keesokan paginya mereka pun mendirikan tenda di lapangan SD didesa terebut, dan mulai mensosialisasikan beberapa program pada warga sekitar, sekaligus melakukan observasi pada kondisi masyarakat sekitar.

Setelah seharian disibukan dengan berbagai macam aktivitas sosial pada warga,Rudi yang merupakan ketua Organisasi Ekstra ini memimpin rapat evaluasi acara disalah satu ruangan SD. Disela-sela rapat tiba-tiba dia meminta Meyda untuk memberikan Testimoni selama aktif di Organisasi ini, karena Rudi tahu bahwa sebentar lagi Meyda akan balik ke Jakarta dan tidak akan aktif lagi di Semarang. Meyda terdiam beberapa waktu, sebelum akhirnya mulai berbicara, dengan agak terbata-bata dia berkata,
“Ehh..eeh Jujur saja saya berat rasanya harus berpisah dengan kalian semua sebentar lagi... mesti meninggalkan Yulisa yang cerewet, Tari yang suka membantu, Mas Rudi yang hobinya nyuruh-nyuruh aja..hee.hhe semua terasa berlalu begitu cepat, terlalu banyak aktivitas yang sudah kita lalui bersama, bergulat dengan idealisme kita sebagai mahasiswa, melihat realitas masyarakat, semuanya telah mengajarkan pada saya arti peduli dan berbagi.....”
Meyda terdiam sejenak,
“Dalam even kali ini memang saya agak memaksakan diri untuk berangkat, walaupun jujur dari segi fisik, kondisi ekstrem semacam ini tidak cocok, namun saya anggap ini adalah momen yang baik untuk pamitan dan kontribusi terakhir saya disemarang, semoga setelah saya meninggalkan semarang, Organisasi ini bisa berkembang jauh lebih baik lagi dan bisa mendatangkan manfaat bagi banyak pihak..., Terakhir....” Kali ini sedikit butir air mata kelihatan menetes dari mata Meyda.
Melihat kondisi itu, Bintang spontan nyeletuk,”Whoii, tisu-tisu ada yang mau nangis, jangan sampai banjir disini!” , beberapa panitia ikhwan nampak tertawa kecil mendengar ocehan bintang
Yulisa secara responsif memeluk Meyda yang masih berdiri, berusaha menenangkannya, namun Meyda menahan dirinya untuk duduk, Meyda masih berat untuk berbicara, Ia berpikir ini bukan saat yang tepat untuk menyampaikannya, Hal yang memaksanya harus segera balik ke Jakarta, untuk menjalani perawatan, mereka tidak boleh tahu sekarang, pikir Meyda. setelah bertahun-tahun, kali ini adalah kulminasi dari penyakit yang dideritanya,sehingga ia mesti menjalani perawatan lebih Intensif, ia selalu menyembunyikan dari teman-temannya, hanya Ustadz Fahmi dan Istrinya yang tahu, kemarin sebelum wisuda orang tua Meyda memaksa Ustadz Fahmi agar meyakinkan Meyda untuk tidak berlama-lama lagi di Semarang dan Segera balik ke Jakarta atas pertimbangan penyakitnya, awalnya Meyda berpikir untuk menyampaikan semuanya disini untuk memohon Doa dari semua rekan-rekannya, namun Ia tak sanggup berbicara, batinya masih berkata, “mereka tidak usah tahu”
Melihat Kondisi Meyda yang terdiam sambil menahan air mata, Rudi langsung mengambil alih Forum,
“Okey kita cukupkan saja evaluasi kali ini, silahkan kembali beraktivitas, nanti malam akan ada pentas seni khas daerah sini dari warga, jangan lupa yang jadwal jaga, besok pagi kita akan lanjut dengan aktivitas tadabur alam ke ladang warga dan hutan yang ada di daerah sini , jadi siapkan diri baik-baik, Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh”
Setelah forum Usai, Yulisa menghampiri Meyda yang masih duduk terdiam, dikelilingi beberapa panitia akhwat yang lain,
“Kenapa Mey? Ada beban apa sih, kok sampai mau nangis kayak gini, padahal kan kalau kangen ma kita-kita nanti tinggal berkunjung aja lagi kesini? Ya nggak? “Yulisa mencoba menghibur.
“Iya mbak Mey cerita dong?” Tari yang dari tadi diam turut menimpali
“Enggak kok, ndak papa, nanti setelah selesai acara ini Mbak pasti cerita, kalian fokus aja nyiapin acara biar lancar, Okey! Ayo kita balik ke tenda aja, ngecek tugas peserta dah diselesaiin pa belum laporan surveinya?” Meyda berdiri sambil mencoba untuk tetap tersenyum pada teman-temanya, walupun senyum yang dipaksakan.
Hari berganti malam, suasana berganti menjadi khas kondisi pegunungan,dingin dan lembab.Malam harinya acara pentas seni warga berlangsung meriah, warga menampilkan atraksi kuda lumping dan berbagai macam kesenian yang lain. Semua peserta dan panitia tampak larut dalam suasana gembira bersama warga, namun hal itu tidak dirasakan Meyda, suasana dingin yang sangat akut menyebabkan staminanya makin Drop, walaupun sudah meminum obat pribadinya, ia masih merasa perlu beristrahat lebih awal. Jam 10 malam acara pentas seni usai, warga langsung balik kerumah masing-masing, peserta kemah ukhuwah juga sudah beristirahat, beberapa panitia ikhwan nampak berjaga secara bergantian.
“Kang sepertinya bakalan hujan malam ini ?” kata bintang memanggil akrap Rudi,”Lihat langitnya, angin sini juga semakin kencang dan dingin menusuk tulang”
“Bisa jadi Tang, sampaikan aja pada yang lain untuk siap-siap, kalau cuaca makin buruk kita pindah saja ke gedung sekolah atau tempat kemarin transit, bisa diurus tho?
“Santai aja, saya dah ngomong kemarin ma pak RT, malah beliau yang nawarin untuk tetap tinggal dirumah warga,katanya kalau malam-malam butuh bantuan jangan sungkan untuk ngomong”
“Kita lihat aja perkembanganya, kasih tahu yang jaga sana buat nyiapin ruangan” kata Rudi Kemudian.
Bintang lalu bergegas menghampiri panitia yang berjaga, namun dia nampak ngomel-ngomel tak lama kemudian, melihatnya Rudi lantas bertanya,
“Ada apa Tang?”
“Payah mereka, tadi sore kunci ruangan dah dibalikin ke penjaga sekolah,katanya pas pentas seni biar aman, takut ada fasilitas ruangan rusak dan kita yang tertuduh nanti”
“Ya Udah ngontak pak RT aja sekarang, biar aku yang ngontrol disini HT kamu bawa aja satu.”Rudi memberi perintah.
“Siap pak Bos”
Bintang lalu menuju rumah Pak RT yang berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat pendirian Tenda. Sesuai yang diprediksi, Hujan deras melanda 15 menit kemudian, semua panitia kelimpungan membangunkan peserta untuk pindah tempat, sementara ke emperan sekolah dulu, tas-tas milik peserta dipindahkan, sedangkan tendanya dibiarkan tetap berdiri. Angin juga semakin kencang bertiup,listrik mati tak lama kemudian, menambah pas kombinasi malam yang mencekam.
Rudi dan beberapa panitia ikhwan yang lain mengontrol peserta apakah ada yang membutuhkan atau tidak. Dengan berbekal senter,Mereka mencek satu persatu, termasuk panitia dan peserta akhwat juga
“Mas Rudi, mbak Meyda sakit mas, dia mengeluhkan kepalanya pusing dari tadi dan terus-terusan menggigil dari tadi”Kata Tari memberikan laporan.
“Pastikan dia nggak terkena hujan, agak menepi kedalam aja, kita mesti menunggu sebentar lagi” kata Rudi tegas.
Tak lama kemudian sambil menggunakan mantol ponco, Bintang bersama pak RT dan 3 orang warga nekat menerobos hujan menuju tempat Kemah.
“Gimana Rud? Ada masalah” kata Bintang sesampainya di tempat,
“Kita ndak mungkin pindahan sekarang mas, mesti nunggu agak reda dulu”Kata Pak RT menimpali
“Iya pak, tapi ada satu yang sakit, butuh perawatan khusus, ndak bisa kena hujan terus-terusan, jangan lama-lama diemperan, nanti tambah ngedrop dia” jawab Rudi
“Yo Wis Mas,kalau gitu pintu ruangan di jebol satu aja mas, dipindahin sementara kesana, Joko tolong bukain pintunya”kata Pak RT
Salah satu warga yang dipanggil Joko tadi lantas mencari batu dan menjebol gembok pintu salah satu ruangan. Beberapa orang lantas diminta pindah keruangan, terutama akhwat, Meyda sempat dibopong beberapa orang karena tidak kuat berjalan
“Gimana kondisi Meyda?”tanya Bintang, sambil mengarahkan senternya ke kerumunan orang, sekilas terlihat wajah meyda yang pucat, sambil menggigil kejang.
“Pastikan dia tetap dalam kondisi hangat, jangan sampai kedinginan bisa-bisa terkena hipotermi”
Bintang lalu mencari tas cariernya dan mengambil sleeping bag miliknya,dan bergegas diberikanya pada kerumunan akhwat disana.
“Pakai itu untuk meyda, kalau bisa jaketnya yang basah dilepas aja, ganti yang kering, kalau perlu dirangkap, terus diselimuti pakai sleepingbag punyaku”
Suasana mencekam itu berlangsung selama beberapa waktu, ditambah ruangan kelas yang mereka tempati ternyata bocor, hujan deras berlangsung selama hampir dua jam,  semua tampak mendesah gelisah,setelah hujan reda, mereka semua pun berpindah ke rumah warga. Agak malam mereka memindahkan orang-orang dan barang-barang kesana.Kondisi meyda sudah agak baikan ketika pindahan, sambil dipapah yang lain,ia sudah bisa berjalan menuju ke tempat transit, para ikhwan tampak sibuk memindahkan barang-barang dan membiarkan tenda yang mereka dirikan tetap berdiri dilapangan.
****************************************************
Kesokan harinya, pagi-pagi Bintang memutuskan untuk membongkar tenda segera mungkin, ia juga mengintruksikan yang lain agar mempersiapkan diri untuk kegiatan Tadabur Alam. Meskipun Ia sadar semua orang tampak lelah karena kurang istirahat semalam, Ia meminta itu jangan dijadikan alasan. Rencana pagi ini diganti dari outbound berat menjadi outbound ringan di salah satu perkebunan warga yang ada di daerah atas tempat mereka menginap.
“Okey! Persiapan dah beres, jam 9 nanti kita mulai berangkat tadabur alam, persiapkan diri baik-baik, rute yang akan kita tempuh sekitar 500 meter ke atas sana nanti.”Bintang memberikan arahan pada yang lain, ditengah kesibukan mereka sarapan pagi.
“Yang merasa kurang fit atau sakit sebaiknya tetap tinggal saja disini.daripada semakin parah diatas nanti”Bintang melanjutkan penjelasannya.
“Tang, gimana kondisi di teman-teman akhwat? Tolong dipastikan kesana”Rudi menyela.
“Dah bos, tadi sudah saya cek kesana, semuanya aman terkendali, mungkin hanya Meyda yang ditinggal sambil ditemani beberapa akhwat nanti” jawab Rudi.
“Baiklah kalau begitu”balas Rudi
Jam 8.45 seluruh peserta dan panitia sudah berkumpul di halaman rumah pak RT untuk checking pemberangkatan. Bintang agak terkejut ketika melihat Meyda ada dalam barisan
“Afwan, Meyda mau tetap ikut ? apa nggak sebaiknya tetap tinggal aja,” kata Bintang
“Saya nggak papa kok, dah baikan, sayang banget kalau melewatkan even pagi ini,” Meyda menjawab pelan.
“Jangan main-main Mbak, kalau drop lagi bisa kacau, lagian medan disana...”
“Udah! Saya nggak papa, saya bisa ngerti kondisi sendiri, lagian saya Cuma bantu bantu bagian P3K, ndak ikut kegiatan outbound, pingin liat suasana perkebunan diatas sana aja, itung-itung refresh” kata Meyda menyela perkataan Bintang.
“Yakin Mey?” kali ini Rudi yang berbicara
“Iya-iya, pa kurang jelas omonganku tadi!” kali ini Meyda menjawab dengan nada agak meninggi.
“Okey kita berangkat sebentar lagi” kata Bintang tegas, ia tak mau berdebat lebih panjang lagi.
Rudi hanya terdiam, Ia merasa kurang nyaman dengan situasi yang terjadi, Ia tahu Meyda adalah orang yang keras kepala, kalau sudah ada kemauan, ndak bakal bisa dihalangi, posisinya di organisasi ini sebagai Kepala Bidang Penegak Disiplin Organisasi, memang cocok dengan karakternya yang keras. “Udah kita lihat saja nanti”kata Rudi dalam hati.
Jam 9 tepat rombongan berangkat Tadabur Alam, melewati perumahan warga dan perkebunan sayur memberikan kesan tersendiri bagi mereka, suasana asri pegunungan, hal ini juga memberikan Hiburan bagi Meyda setelah kejadian semalam. Di salah satu tempat yang agak luas rombongan berhenti, mereka berencana memainkan game kecil disana, Meyda mengambil langkah kecil menepi dari rombongan, kepalanya agak pusing. Medan yang mendaki tadi cukup menguras tenaganya.
“Kau ndak papa Mey?” tanya Yulisa.
Meyda hanya mengangguk pelan sambil tersenyum kecil, seolah-olah ingin berkata,”Santai saja Yul”, namun mendadak pandanganya menjadi kabur, dia terkejut melihat darah yang menetes mengenai Jilbab biru yang dikenakanya, darah segar dari hidungnya, dia mimisan. Yulisa yang melihatnya spontan kaget,
“Astagfirullah, Mey! Kenapa kau ini?”
Belum sempat bereaksi lebih jauh,tubuh Meyda terasa lemas, dia limbung dan terjatuh. Yulisa dan beberapa akhwat lain bingung
**************************************************
Jauh diatas Gunung Merbabu, tepatnya 1 kilometer dibawah puncak xarif, Saiful tampak tengah asyik memainkan Kamera DSLR canon 5D miliknya, Ia sibuk mengambil beberapa foto bunga edelweis dan vegetasi lain yang ada disana. Ia sedang melakukan pengamatan keanekaragaman Vegetasi di kawasan tersebut, sebagai data awal yang akan dia ajukan untuk proposal proyek penelitian ke Lembaga Donor dari Jerman. Konsentrasi Ilmunya di bidang Biologi Konservasi, membuatnya sering berinterkasi dengan berbagai macam Topografi permukaan Bumi, untuk sekedar mengamati kondisi keanekaragaman hayati disana dan menetukan langkah konservasi yang tepat. Hujan deras yang melanda semalam, tak membuatnya surut untuk tetap tinggal dekat stasiun pengamatan, baginya tenda dome yang dia bawa dan sedikit sentuhan teknik survival membuatnya bisa bertahan didalam derasnya hujan semalam.
Saiful tampak excited ketika melihat serangga langka dari kelompok Ortoptera hinggap disalah satu pohon, ia mengatur speed, dan ISO kamera digitalnya untuk mengambil foto serangga yang berukuran kecil itu, Ia tengah sibuk mengatur zoom ketika HT yang dibawanya bersuara,
“Ful kau dengar! Ganti” Suara Bintang diujung sana.
“Ya! Ada apa?”jawab Saiful
“Kondisi darurat disini, Meyda tiba-tiba jatuh pingsan pas outbound, hidungnya mimisan, kita harus membawanya turun segera untuk mendapatkan perawatan,”kata Bintang
“Meyda? Bukanya dari percakapan HT semalam yang kudengar,Ia memang agak kurang Fit, Siapa yang tetap mengizinkan dia ikut Outbound?” tanya Saiful sembari memasukan Kameranya ke dalam tas Carier miliknya, Ia sambil berkemas-kemas.
“Ia memaksa ikut Ful! Aku tidak bisa menahannya”
“BODOH KAU! KONDISI GUNUNG MERBABU JANGAN DISAMAKAN DENGAN HUTAN WISATA DI SEMARANG, KAU MESTINYA TAHU ITU, JANGAN MENYIKSA ORANG DITENGAH KONDISI SEPERTI ITU” kata Saiful sambil marah-marah
“Okey aku salah Ful.. Kau bisa turun kesini nggak? Kita butuh bantuan disini?” Balas Bintang
“Paling cepat 2 jam aku kesana, itupun sambil berlari turun dari sini, aku masih dikawasan puncak gunung merbabu, Disana ada Cita Kan? Setahuku dia aktif di KSR PMI , paling tidak, dia bisa memberikan pertolongan pertama”
“Iya dia disini sedang memberikan pertolongan, outbound kita hentikan, semua fokus menolong meyda...tunggu bentar Ful, aku pastikan kondisi Meyda dulu......Ful dia udah agak siuman tapi badannya kejang-kejang”
“Sambungkan aku dengan Cita” Saiful memberi perintah
“Ok, ini kau bisa kontak sekarang”
“Cita bagaimana kondisi vital meyda?
“kondisi vitalnya Lemah Ful, kondisinya kritis, aku ada beberapa obat disini tapi tidak banyak membantu, kita harus membawanya ke rumah sakit terdekat, paling tidak kita harus membawanya turun segera”kata Cita,”Tapi Akhwat kesulitan membawaa turun kalau kondisi medan kayak gini”
“WHOI! KALAU MAU BUNUH ORANG JANGAN GITU! Biarkan ikhwan yang membawa dia turun, ini kondisi darurat, paling cepat bawa dia ke Rumah Pak RT dulu, berikan pertolongan lebih jauh disana” Saiful memberi perintah sambil berlari turun dari puncak gunung
“Tapi ful..”
“Udah Cita,lakukan perintahku, kembalikan HT ini pada Bintang lagi”
“Ok Ful aku disini!” kata bintang dengan nada agak gugup.
“Ada dua HT disana kan? Ganti satu saluran ke frekuensi 927,34, itu saluran tim SAR Boyolali, ada satu posko didekat Polsek Kecamatan Selo, ada temanku disana, mereka ada armada jeep Tim SAR, minta bantuan mereka untuk menjemput, Rumah sakit terdekat ya ada di Kota Boyolali, kita harus membawa Meyda kesana, Meyda dah dibawa turun ke tempat Pak RT kan?” Saiful terus memberikan arahan sambil berlari turun.
“Sedang disiapkan”kata bintang
“Aduhhhh” Saiful terjatuh
“Ada ful, kau ndak papa kan?” kata bintang kaget mendengar teriakn saiful dari HT
“Aku terpeleset..., Cuma lecet dikit..ndak papa..., nyiapin apa lagi, cepat bawa turun?”
“Biar aku yang membawa dia turun, bareng  Bintang, Riyan kau sambungkan Saluran dengan Tim SAR kita harus bawa Meyda ke rumah sakit segera”Terdengar suara Rudi mengambil alih intruksi di disana, dia meminta bantuan beberapa ikhwan untuk mengkondisikan disana.
“Oke pak tetap pantau perkembangan, kuusahakan segera sampai disana, kalau jeep dah datang segera bawa Meyda kerumah sakit,aku nanti nyusul” kata saiful.
Tanpa banyak bicara lagi, Rudi langsung membopong Meyda turun, darah masih terus menetes dari hidungnya,disertai beberapa panitia yang lain ia bergegas turun, Panitia bernama Aris mengambil alih komando acara Tadabur Alam, agar diselesaikan segera.
Saiful terus berlari turun menyusuri jalur pendakian gunung merbabu. Sementara itu Riyan tengah mengontak Tim SAR, mereka berjanji segera meluncur ke tempat kejadian.
Tak lama setelah Meyda sampai di tempat pak RT dan mendapatkan pertolongan pertama, mobil jeep tim SAR datang di tempat. Begitu tahu Tim SAR sudah tiba, Saiful mengontak lagi meminta disambungkan dengan mereka,
“Bud, Kau disana?”Kata Saiful
“Iya Pul aku disini, kau lagi dimana?”
“Masih perjalanan turun, satu jam lagi mungkin baru sampai disana, kau bawa temanku saja dulu ke RSUD Boyolali, dia perlu penanganan segera”
“ya..ya aku dah lihat kondisi disini, aku meluncur ke kota segera, walaupun agak memakan waktu lama, kuharap tidak terlambat dan dia semakin parah, Kau nanti nyusul bareng mas Timbul aja naik Trail TLX miliknya. Aku berangkat sekarang,..”Kata Teman Saiful yang bernama Budi tadi
“oh ya ajak temanku disana ada mas rudi dan bintang, nanti aku kontak lewat HP aja kalau dah dikota “
“Ok!” jawab Budi Singkat
Rombongan Tim Sar bersama Rudi ditemani Yulisa dan Tari langsung membawa Meyda turun, sementara Bintang Tinggal ditempat untuk mengkondisikan acara sambil menunggu Saiful. Dalam perjalanan gurat muka tegang nampak dari muka Rudi, Yulisa ataupun Tari, muka Meyda sendiri semakin pucat. Sementara itu mobil Jeep yang dikendarai mereka terus melaju menuruni jalan Selo-Boyolali kota.
Satu jam kemudian Saiful tiba di tempat Pak RT, dilihatnya peserta dan panitia sudah berkemas-kemas. Tinggal menunggu mobil penjemputan.
“Gimana Tang, semua sudah dikondisikan kan?” kata Saiful pada Bintang
“Iya kau jadi nyusul ke Rumah Sakit sekarang? Biar aku yang handle disini”
“Iya aku berangkat segera saja kesana, mana mas Timbul?”
Pandangan Saiful beredar mengelilingi Ruangan, dilihatnya orang yang bernama Mas Timbul sedang duduk santai sambil menghisap rokok Djarum Black,”Ayo bang berangkat!” ajak Saiful
“Kau itu lama sekali turun dari gunung, lupa jalan ya, oh ya HT yang kau pinjam, titipin pada Pak RT aja dulu nanti”kata Mas Timbul pelan setengah bercanda
“Ok-Ok, aku kasih tahu temanku dulu”
Saiful lalu menghampiri Bintang dan menyampaikan beberapa pesan.
“Setelah di kota apa rencanamu?” tanya Bintang
“Aku mesti mengabari keluarga Meyda yang ada di Semarang”
“Siapa?”
“Ustadz Fahmi, Meyda itu keponakan ustadz Fahmi, dia perlu tahu segera tentang kejadian ini’
“Meyda keponakan Ustadz Fahmi ?” Bintang seolah tidak percaya, Meyda tidak pernah cerita hal ini sebelumnya, Ustadz Fahmi adalah salah satu Ustadz kondang dikalangan Mahasiswa Kota Semarang. Tapi hubungan keluaga mereka tidak banyak diketahui orang, mungkin meyda sungkan menyampaikan pada teman-teman yang lain. Bintang Belum Sempat bertanya lebih jauh, Saiful sudah meluncur bareng Mas Timbul naik Trail TLX oranye milik Tim SAR Boyolali.
Ketika Saiful dah sampai di RSUD, ia hanya menjumpai Rudi disana.
“Meyda sudah dirujuk ke Rumah sakit Kariadi di Semarang, mereka berangkat Setengah Jam yang lalu, peralatan disini tidak mendukung untuk perawatan lebih jauh” kata Rudi menjelaskan.
“Apa diagnosis Dokter? Sampai dia mesti dirujuk ke Semarang” tanya Saiful
“Telah terjadi pendarahan di pembuluh Otaknya, disini tadi Cuma penanganan sementara..harus segera dibawa ke Kariadi”
“Pendarahan di Otak?” kabar itu terdengar bagai petir bagi Saiful,”Meyda mengidap penyakit apa? Sampai kondisinya parah semacam ini?”
Rudi terdiam sambil menggeleng pelan tanda tidak tahu, sementara Pikiran Saiful sudah tertuju pada Ustadz Fahmi, beliau harus tahu segera, pikirnya dan Satu Orang lagi harus tahu kondisi ini, Seseorang yang tengah berada jauh dari gunung merbabu ini
***************************************
(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us