Episode sebelumnya:
Andra bersilaturahim ke tempat Ustadz fahmi dan bermaksud untuk pamitan
meninggalkan Semarang karena diterima bekerja di Bandung, dari pertemuan sore
itulah Andra jadi tahu bahwa Ustadz Fahmi masih berniat menawarkan keponakanya
untuk menikah dengan Andra, Andra terkejut begitu tahu bahwa keponakan ustadz
fahmi itu ternyata adalah Meyda.
Hari ini pertengahan bulan Mei,
musim harusnya sudah berganti menjadi musim kemarau, namun kekacauan iklim
telah menyebabkan hari-hari ini masih diguyur hujan deras, hal ini tentu agak
tidak disukai oleh kalangan mahasiswa Undip yang merencanakan rihlah ke Lereng
Gunung Merapi-Merbabu ini, dikemas dengan nama Kemah Ukhuwah, mereka
menyelenggarakan even semacam kemah bakti di masyarakat,niatnya sekaligus
observasi lapangan pasca erupsi merapi. Namun ceritanya menjadi berubah, sejak
mendarat di posko Selo tadi siang, hujan deras terus mengguyur, apalagi
dipadukan dengan kondisi pegunungan yang dingin lengkap sudah penderitaan
mereka, gagal total semua planning mereka dihari pertama. Sekitar 30an orang
mengikuti Kemah Ukhuwah ini, ikhwan dan akhwat, even ini dikoordinasikan oleh
salah satu elemen mahasiswa ekstra terbesar di
Semarang. Mereka sementara ditampung di rumah pak lurah setempat,
tepatnya di salah satu jalur pendakian Gunung Merbabu. Meyda bersama Yulisa
termasuk dalam salah satu panitia even ini.
“Yul, dingin banget ya disini?
Mana hujan terus dari tadi” gerutu Meyda sambil mengigil kedinginan.
“ Namanya juga Gunung, yo mesti
dingin kayak gini, kalau mau panas ya di Semarang sana!” timpal Yulisa dengan
muka dingin.
“Yeee..maksudnya ? dasar ndak
ngerasaian susahnya orang kalau nggak cocok ma cuaca esktrem kayak gini?” balas
Meyda
“ Emang Semarang nggak kalah
ekstrem, panasnya bisa bikin kanker kulit kaliii” kata Yulisa nggak mau kalah.
“ Ah! Ada-ada saja kau ini” balas
Meyda, sambil memastikan persediaan obat pribadinya yang disimpan dalam Tas
Ransel miliknya. Dia berpikir pasti ayahnya bakal marah dan nggak mengizinkan,
kalau ikutan acara di Gunung kayak Gini, Meyda memang agak ngedrop kalau sudah
bertemu dengan cuaca kelewat dingin kayak gini, dulu aja pas masih SMP saat
liburan di Puncak Bogor, Dia sempat pingsan karena nggak kuat, namun kali ini dengan
pertimbangan even terakhir yang diikutinya di Semarang sekaligus perpisahan
dengan teman-teman dekatnya ia memaksa untuk berangkat juga. Setelah wisuda
bulan lalu, Orang Tua Meyda memang meminta dia segera pulang ke Jakarta,
praktis dia nggak bisa lama-lama lagi disemarang.
Bintang, ketua panitia dan
penanggung jawab utama acara ini tampak memasuki ruangan utama rumah tempat
sebagian peserta Transit.
“Kawan-kawan sepertinya kita
tidak bisa menjalankan rencana kita untuk menuju ke lokasi Kemah Ukhuwah Sore
ini, paling cepat jika hujan reda, habis Isya kita baru bisa berangkat kesana”
katanya tegas memberitahu semua peserta.
“Memang berapa Jauh Mas, jarak
menuju lokasi?” tanya salah seorang peserta.
“Sekitar setengah kilo dari sini,
medan menuju kesana jalannya naik terus jadi perlu dipastikan benar-benar save,
lagipula transport kesana juga baru bisa siap habis maghrib jika cuaca terus
kayak gini, kita tadi nyewa pick up punya warga sini, mending kalian semua
beristirahat dulu sambil menunggu hujan reda! Ok!” jawab Bintang.
“Siap pak Bos!” Yulisa tiba-tiba
menyahut.
Bintang hanya tersenyum kecil,
sambil melangkah keluar ia menekan nomer HP miliknya, Ia menghubungi Saiful
yang sudah ada di lokasi kemah ukhuwah, ia meminta bantuan Saiful untuk
menyiapkan beberapa hal disana.
“Assalamu’alaikum, gimana bro
persiapan disana?” Bintang mengawali pembicaraan.
“Disini dah beres, tadi saya sudah komunikasi dengan Pak RT disini,
sudah disiapkan tiga rumah untuk transit malam ini, dua untuk peserta dan satu
untuk panitia, nanti panitia akhwat gabung aja ma peserta akhwat, besok pagi
kalian baru bisa menuju lokasi tempat kalian mau mendirikan tenda dan
Sosialisasi program ke warga” jawab Saiful diujung telepon
“Bagus-bagus, teman-teman disini
juga sedang istirahat, habis Isya nanti baru bisa berangkat kesana, perjalanan
paling lima belas menit, Mas Rudi dah disana kan?
“Udah, ni lagi ngopi ditempat Pak RT, Oh Ya, besok saya mesti ke puncak
gunung Merbabu, jadi ndak bisa bantu-bantu lebih banyak, kalian dah siap kan?
Karena sinyal agak susah disini, tadi sudah saya pinjamkan Handy Talki pada
kawanku yang Dinas di Tim SAR Boyolali, gunakan aja untuk komunikasi panitia,
satu saya bawa ke puncak, kalau ada apa-apa, tinggal kontak aja”
“Ok Bro, syukron bantuannya,
afwan jika banyak merepotkan”
“Ndak papa kok, dah ya, saya mau
ngopi ma ngobrol lagi ma pak RT,Assalamu’alaikum”
Setelah menutup telepon, Bintang
lalu bergabung dengan panitia yang lain, mereka asyik mengobrolkan banyak hal
tentang kondisi di lereng Merbabu ini.
*****************************************************
Malamnya rombongan itupun menuju
lokasi kemah ukhuwah dengan naik tiga mobil pick up. Sambutan warga pun cukup
ramah atas kedatangan mereka. Keesokan paginya mereka pun mendirikan tenda di
lapangan SD didesa terebut, dan mulai mensosialisasikan beberapa program pada
warga sekitar, sekaligus melakukan observasi pada kondisi masyarakat sekitar.
Setelah seharian disibukan dengan
berbagai macam aktivitas sosial pada warga,Rudi yang merupakan ketua Organisasi
Ekstra ini memimpin rapat evaluasi acara disalah satu ruangan SD. Disela-sela
rapat tiba-tiba dia meminta Meyda untuk memberikan Testimoni selama aktif di
Organisasi ini, karena Rudi tahu bahwa sebentar lagi Meyda akan balik ke
Jakarta dan tidak akan aktif lagi di Semarang. Meyda terdiam beberapa waktu,
sebelum akhirnya mulai berbicara, dengan agak terbata-bata dia berkata,
“Ehh..eeh Jujur saja saya berat
rasanya harus berpisah dengan kalian semua sebentar lagi... mesti meninggalkan
Yulisa yang cerewet, Tari yang suka membantu, Mas Rudi yang hobinya
nyuruh-nyuruh aja..hee.hhe semua terasa berlalu begitu cepat, terlalu banyak
aktivitas yang sudah kita lalui bersama, bergulat dengan idealisme kita sebagai
mahasiswa, melihat realitas masyarakat, semuanya telah mengajarkan pada saya
arti peduli dan berbagi.....”
Meyda terdiam sejenak,
“Dalam even kali ini memang saya
agak memaksakan diri untuk berangkat, walaupun jujur dari segi fisik, kondisi
ekstrem semacam ini tidak cocok, namun saya anggap ini adalah momen yang baik
untuk pamitan dan kontribusi terakhir saya disemarang, semoga setelah saya
meninggalkan semarang, Organisasi ini bisa berkembang jauh lebih baik lagi dan
bisa mendatangkan manfaat bagi banyak pihak..., Terakhir....” Kali ini sedikit
butir air mata kelihatan menetes dari mata Meyda.
Melihat kondisi itu, Bintang
spontan nyeletuk,”Whoii, tisu-tisu ada yang mau nangis, jangan sampai banjir
disini!” , beberapa panitia ikhwan nampak tertawa kecil mendengar ocehan
bintang
Yulisa secara responsif memeluk
Meyda yang masih berdiri, berusaha menenangkannya, namun Meyda menahan dirinya
untuk duduk, Meyda masih berat untuk berbicara, Ia berpikir ini bukan saat yang
tepat untuk menyampaikannya, Hal yang memaksanya harus segera balik ke Jakarta,
untuk menjalani perawatan, mereka tidak
boleh tahu sekarang, pikir Meyda. setelah bertahun-tahun, kali ini adalah
kulminasi dari penyakit yang dideritanya,sehingga ia mesti menjalani perawatan
lebih Intensif, ia selalu menyembunyikan dari teman-temannya, hanya Ustadz
Fahmi dan Istrinya yang tahu, kemarin sebelum wisuda orang tua Meyda memaksa
Ustadz Fahmi agar meyakinkan Meyda untuk tidak berlama-lama lagi di Semarang
dan Segera balik ke Jakarta atas pertimbangan penyakitnya, awalnya Meyda
berpikir untuk menyampaikan semuanya disini untuk memohon Doa dari semua
rekan-rekannya, namun Ia tak sanggup berbicara, batinya masih berkata, “mereka
tidak usah tahu”
Melihat Kondisi Meyda yang
terdiam sambil menahan air mata, Rudi langsung mengambil alih Forum,
“Okey kita cukupkan saja evaluasi
kali ini, silahkan kembali beraktivitas, nanti malam akan ada pentas seni khas
daerah sini dari warga, jangan lupa yang jadwal jaga, besok pagi kita akan
lanjut dengan aktivitas tadabur alam ke ladang warga dan hutan yang ada di
daerah sini , jadi siapkan diri baik-baik, Wassalamu’alaikum warohmatullohi
wabarokatuh”
Setelah forum Usai, Yulisa
menghampiri Meyda yang masih duduk terdiam, dikelilingi beberapa panitia akhwat
yang lain,
“Kenapa Mey? Ada beban apa sih,
kok sampai mau nangis kayak gini, padahal kan kalau kangen ma kita-kita nanti
tinggal berkunjung aja lagi kesini? Ya nggak? “Yulisa mencoba menghibur.
“Iya mbak Mey cerita dong?” Tari
yang dari tadi diam turut menimpali
“Enggak kok, ndak papa, nanti
setelah selesai acara ini Mbak pasti cerita, kalian fokus aja nyiapin acara
biar lancar, Okey! Ayo kita balik ke tenda aja, ngecek tugas peserta dah
diselesaiin pa belum laporan surveinya?” Meyda berdiri sambil mencoba untuk
tetap tersenyum pada teman-temanya, walupun senyum yang dipaksakan.
Hari berganti malam, suasana
berganti menjadi khas kondisi pegunungan,dingin dan lembab.Malam harinya acara
pentas seni warga berlangsung meriah, warga menampilkan atraksi kuda lumping
dan berbagai macam kesenian yang lain. Semua peserta dan panitia tampak larut
dalam suasana gembira bersama warga, namun hal itu tidak dirasakan Meyda,
suasana dingin yang sangat akut menyebabkan staminanya makin Drop, walaupun
sudah meminum obat pribadinya, ia masih merasa perlu beristrahat lebih awal.
Jam 10 malam acara pentas seni usai, warga langsung balik kerumah
masing-masing, peserta kemah ukhuwah juga sudah beristirahat, beberapa panitia
ikhwan nampak berjaga secara bergantian.
“Kang sepertinya bakalan hujan
malam ini ?” kata bintang memanggil akrap Rudi,”Lihat langitnya, angin sini
juga semakin kencang dan dingin menusuk tulang”
“Bisa jadi Tang, sampaikan aja
pada yang lain untuk siap-siap, kalau cuaca makin buruk kita pindah saja ke
gedung sekolah atau tempat kemarin transit, bisa diurus tho?
“Santai aja, saya dah ngomong
kemarin ma pak RT, malah beliau yang nawarin untuk tetap tinggal dirumah warga,katanya
kalau malam-malam butuh bantuan jangan sungkan untuk ngomong”
“Kita lihat aja perkembanganya,
kasih tahu yang jaga sana buat nyiapin ruangan” kata Rudi Kemudian.
Bintang lalu bergegas menghampiri
panitia yang berjaga, namun dia nampak ngomel-ngomel tak lama kemudian,
melihatnya Rudi lantas bertanya,
“Ada apa Tang?”
“Payah mereka, tadi sore kunci
ruangan dah dibalikin ke penjaga sekolah,katanya pas pentas seni biar aman,
takut ada fasilitas ruangan rusak dan kita yang tertuduh nanti”
“Ya Udah ngontak pak RT aja
sekarang, biar aku yang ngontrol disini HT kamu bawa aja satu.”Rudi memberi
perintah.
“Siap pak Bos”
Bintang lalu menuju rumah Pak RT
yang berjarak kurang lebih 100 meter dari tempat pendirian Tenda. Sesuai yang
diprediksi, Hujan deras melanda 15 menit kemudian, semua panitia kelimpungan
membangunkan peserta untuk pindah tempat, sementara ke emperan sekolah dulu,
tas-tas milik peserta dipindahkan, sedangkan tendanya dibiarkan tetap berdiri.
Angin juga semakin kencang bertiup,listrik mati tak lama kemudian, menambah pas
kombinasi malam yang mencekam.
Rudi dan beberapa panitia ikhwan
yang lain mengontrol peserta apakah ada yang membutuhkan atau tidak. Dengan
berbekal senter,Mereka mencek satu persatu, termasuk panitia dan peserta akhwat
juga
“Mas Rudi, mbak Meyda sakit mas,
dia mengeluhkan kepalanya pusing dari tadi dan terus-terusan menggigil dari
tadi”Kata Tari memberikan laporan.
“Pastikan dia nggak terkena
hujan, agak menepi kedalam aja, kita mesti menunggu sebentar lagi” kata Rudi
tegas.
Tak lama kemudian sambil
menggunakan mantol ponco, Bintang bersama pak RT dan 3 orang warga nekat
menerobos hujan menuju tempat Kemah.
“Gimana Rud? Ada masalah” kata
Bintang sesampainya di tempat,
“Kita ndak mungkin pindahan
sekarang mas, mesti nunggu agak reda dulu”Kata Pak RT menimpali
“Iya pak, tapi ada satu yang
sakit, butuh perawatan khusus, ndak bisa kena hujan terus-terusan, jangan
lama-lama diemperan, nanti tambah ngedrop dia” jawab Rudi
“Yo Wis Mas,kalau gitu pintu
ruangan di jebol satu aja mas, dipindahin sementara kesana, Joko tolong bukain
pintunya”kata Pak RT
Salah satu warga yang dipanggil
Joko tadi lantas mencari batu dan menjebol gembok pintu salah satu ruangan.
Beberapa orang lantas diminta pindah keruangan, terutama akhwat, Meyda sempat
dibopong beberapa orang karena tidak kuat berjalan
“Gimana kondisi Meyda?”tanya Bintang,
sambil mengarahkan senternya ke kerumunan orang, sekilas terlihat wajah meyda
yang pucat, sambil menggigil kejang.
“Pastikan dia tetap dalam kondisi
hangat, jangan sampai kedinginan bisa-bisa terkena hipotermi”
Bintang lalu mencari tas
cariernya dan mengambil sleeping bag miliknya,dan bergegas diberikanya pada
kerumunan akhwat disana.
“Pakai itu untuk meyda, kalau
bisa jaketnya yang basah dilepas aja, ganti yang kering, kalau perlu dirangkap,
terus diselimuti pakai sleepingbag punyaku”
Suasana mencekam itu berlangsung
selama beberapa waktu, ditambah ruangan kelas yang mereka tempati ternyata
bocor, hujan deras berlangsung selama hampir dua jam, semua tampak mendesah gelisah,setelah hujan
reda, mereka semua pun berpindah ke rumah warga. Agak malam mereka memindahkan
orang-orang dan barang-barang kesana.Kondisi meyda sudah agak baikan ketika
pindahan, sambil dipapah yang lain,ia sudah bisa berjalan menuju ke tempat
transit, para ikhwan tampak sibuk memindahkan barang-barang dan membiarkan
tenda yang mereka dirikan tetap berdiri dilapangan.
****************************************************
Kesokan harinya, pagi-pagi
Bintang memutuskan untuk membongkar tenda segera mungkin, ia juga
mengintruksikan yang lain agar mempersiapkan diri untuk kegiatan Tadabur Alam.
Meskipun Ia sadar semua orang tampak lelah karena kurang istirahat semalam, Ia
meminta itu jangan dijadikan alasan. Rencana pagi ini diganti dari outbound
berat menjadi outbound ringan di salah satu perkebunan warga yang ada di daerah
atas tempat mereka menginap.
“Okey! Persiapan dah beres, jam 9
nanti kita mulai berangkat tadabur alam, persiapkan diri baik-baik, rute yang
akan kita tempuh sekitar 500 meter ke atas sana nanti.”Bintang memberikan
arahan pada yang lain, ditengah kesibukan mereka sarapan pagi.
“Yang merasa kurang fit atau
sakit sebaiknya tetap tinggal saja disini.daripada semakin parah diatas
nanti”Bintang melanjutkan penjelasannya.
“Tang, gimana kondisi di
teman-teman akhwat? Tolong dipastikan kesana”Rudi menyela.
“Dah bos, tadi sudah saya cek
kesana, semuanya aman terkendali, mungkin hanya Meyda yang ditinggal sambil
ditemani beberapa akhwat nanti” jawab Rudi.
“Baiklah kalau begitu”balas Rudi
Jam 8.45 seluruh peserta dan
panitia sudah berkumpul di halaman rumah pak RT untuk checking pemberangkatan.
Bintang agak terkejut ketika melihat Meyda ada dalam barisan
“Afwan, Meyda mau tetap ikut ?
apa nggak sebaiknya tetap tinggal aja,” kata Bintang
“Saya nggak papa kok, dah baikan,
sayang banget kalau melewatkan even pagi ini,” Meyda menjawab pelan.
“Jangan main-main Mbak, kalau drop
lagi bisa kacau, lagian medan disana...”
“Udah! Saya nggak papa, saya bisa
ngerti kondisi sendiri, lagian saya Cuma bantu bantu bagian P3K, ndak ikut
kegiatan outbound, pingin liat suasana perkebunan diatas sana aja, itung-itung
refresh” kata Meyda menyela perkataan Bintang.
“Yakin Mey?” kali ini Rudi yang
berbicara
“Iya-iya, pa kurang jelas
omonganku tadi!” kali ini Meyda menjawab dengan nada agak meninggi.
“Okey kita berangkat sebentar
lagi” kata Bintang tegas, ia tak mau berdebat lebih panjang lagi.
Rudi hanya terdiam, Ia merasa
kurang nyaman dengan situasi yang terjadi, Ia tahu Meyda adalah orang yang
keras kepala, kalau sudah ada kemauan, ndak bakal bisa dihalangi, posisinya di
organisasi ini sebagai Kepala Bidang Penegak Disiplin Organisasi, memang cocok
dengan karakternya yang keras. “Udah kita lihat saja nanti”kata Rudi dalam
hati.
Jam 9 tepat rombongan berangkat
Tadabur Alam, melewati perumahan warga dan perkebunan sayur memberikan kesan
tersendiri bagi mereka, suasana asri pegunungan, hal ini juga memberikan
Hiburan bagi Meyda setelah kejadian semalam. Di salah satu tempat yang agak
luas rombongan berhenti, mereka berencana memainkan game kecil disana, Meyda
mengambil langkah kecil menepi dari rombongan, kepalanya agak pusing. Medan
yang mendaki tadi cukup menguras tenaganya.
“Kau ndak papa Mey?” tanya
Yulisa.
Meyda hanya mengangguk pelan
sambil tersenyum kecil, seolah-olah ingin berkata,”Santai saja Yul”, namun
mendadak pandanganya menjadi kabur, dia terkejut melihat darah yang menetes
mengenai Jilbab biru yang dikenakanya, darah segar dari hidungnya, dia mimisan.
Yulisa yang melihatnya spontan kaget,
“Astagfirullah, Mey! Kenapa kau
ini?”
Belum sempat bereaksi lebih
jauh,tubuh Meyda terasa lemas, dia limbung dan terjatuh. Yulisa dan beberapa
akhwat lain bingung
**************************************************
Jauh diatas Gunung Merbabu,
tepatnya 1 kilometer dibawah puncak xarif, Saiful tampak tengah asyik memainkan
Kamera DSLR canon 5D miliknya, Ia sibuk mengambil beberapa foto bunga edelweis
dan vegetasi lain yang ada disana. Ia sedang melakukan pengamatan
keanekaragaman Vegetasi di kawasan tersebut, sebagai data awal yang akan dia
ajukan untuk proposal proyek penelitian ke Lembaga Donor dari Jerman.
Konsentrasi Ilmunya di bidang Biologi Konservasi, membuatnya sering
berinterkasi dengan berbagai macam Topografi permukaan Bumi, untuk sekedar
mengamati kondisi keanekaragaman hayati disana dan menetukan langkah konservasi
yang tepat. Hujan deras yang melanda semalam, tak membuatnya surut untuk tetap
tinggal dekat stasiun pengamatan, baginya tenda dome yang dia bawa dan sedikit
sentuhan teknik survival membuatnya bisa bertahan didalam derasnya hujan
semalam.
Saiful tampak excited ketika melihat serangga langka
dari kelompok Ortoptera hinggap disalah satu pohon, ia mengatur speed, dan ISO
kamera digitalnya untuk mengambil foto serangga yang berukuran kecil itu, Ia
tengah sibuk mengatur zoom ketika HT yang dibawanya bersuara,
“Ful kau dengar! Ganti” Suara
Bintang diujung sana.
“Ya! Ada apa?”jawab Saiful
“Kondisi darurat disini, Meyda
tiba-tiba jatuh pingsan pas outbound, hidungnya mimisan, kita harus membawanya
turun segera untuk mendapatkan perawatan,”kata Bintang
“Meyda? Bukanya dari percakapan
HT semalam yang kudengar,Ia memang agak kurang Fit, Siapa yang tetap
mengizinkan dia ikut Outbound?” tanya Saiful sembari memasukan Kameranya ke
dalam tas Carier miliknya, Ia sambil berkemas-kemas.
“Ia memaksa ikut Ful! Aku tidak
bisa menahannya”
“BODOH KAU! KONDISI GUNUNG
MERBABU JANGAN DISAMAKAN DENGAN HUTAN WISATA DI SEMARANG, KAU MESTINYA TAHU
ITU, JANGAN MENYIKSA ORANG DITENGAH KONDISI SEPERTI ITU” kata Saiful sambil
marah-marah
“Okey aku salah Ful.. Kau bisa
turun kesini nggak? Kita butuh bantuan disini?” Balas Bintang
“Paling cepat 2 jam aku kesana,
itupun sambil berlari turun dari sini, aku masih dikawasan puncak gunung
merbabu, Disana ada Cita Kan? Setahuku dia aktif di KSR PMI , paling tidak, dia
bisa memberikan pertolongan pertama”
“Iya dia disini sedang memberikan
pertolongan, outbound kita hentikan, semua fokus menolong meyda...tunggu bentar
Ful, aku pastikan kondisi Meyda dulu......Ful dia udah agak siuman tapi
badannya kejang-kejang”
“Sambungkan aku dengan Cita”
Saiful memberi perintah
“Ok, ini kau bisa kontak
sekarang”
“Cita bagaimana kondisi vital
meyda?
“kondisi vitalnya Lemah Ful,
kondisinya kritis, aku ada beberapa obat disini tapi tidak banyak membantu,
kita harus membawanya ke rumah sakit terdekat, paling tidak kita harus
membawanya turun segera”kata Cita,”Tapi Akhwat kesulitan membawaa turun kalau
kondisi medan kayak gini”
“WHOI! KALAU MAU BUNUH ORANG
JANGAN GITU! Biarkan ikhwan yang membawa dia turun, ini kondisi darurat, paling
cepat bawa dia ke Rumah Pak RT dulu, berikan pertolongan lebih jauh disana”
Saiful memberi perintah sambil berlari turun dari puncak gunung
“Tapi ful..”
“Udah Cita,lakukan perintahku,
kembalikan HT ini pada Bintang lagi”
“Ok Ful aku disini!” kata bintang
dengan nada agak gugup.
“Ada dua HT disana kan? Ganti
satu saluran ke frekuensi 927,34, itu saluran tim SAR Boyolali, ada satu posko
didekat Polsek Kecamatan Selo, ada temanku disana, mereka ada armada jeep Tim
SAR, minta bantuan mereka untuk menjemput, Rumah sakit terdekat ya ada di Kota
Boyolali, kita harus membawa Meyda kesana, Meyda dah dibawa turun ke tempat Pak
RT kan?” Saiful terus memberikan arahan sambil berlari turun.
“Sedang disiapkan”kata bintang
“Aduhhhh” Saiful terjatuh
“Ada ful, kau ndak papa kan?”
kata bintang kaget mendengar teriakn saiful dari HT
“Aku terpeleset..., Cuma lecet
dikit..ndak papa..., nyiapin apa lagi, cepat bawa turun?”
“Biar aku yang membawa dia turun,
bareng Bintang, Riyan kau sambungkan
Saluran dengan Tim SAR kita harus bawa Meyda ke rumah sakit segera”Terdengar suara
Rudi mengambil alih intruksi di disana, dia meminta bantuan beberapa ikhwan
untuk mengkondisikan disana.
“Oke pak tetap pantau
perkembangan, kuusahakan segera sampai disana, kalau jeep dah datang segera
bawa Meyda kerumah sakit,aku nanti nyusul” kata saiful.
Tanpa banyak bicara lagi, Rudi
langsung membopong Meyda turun, darah masih terus menetes dari hidungnya,disertai
beberapa panitia yang lain ia bergegas turun, Panitia bernama Aris mengambil
alih komando acara Tadabur Alam, agar diselesaikan segera.
Saiful terus berlari turun
menyusuri jalur pendakian gunung merbabu. Sementara itu Riyan tengah mengontak
Tim SAR, mereka berjanji segera meluncur ke tempat kejadian.
Tak lama setelah Meyda sampai di
tempat pak RT dan mendapatkan pertolongan pertama, mobil jeep tim SAR datang di
tempat. Begitu tahu Tim SAR sudah tiba, Saiful mengontak lagi meminta
disambungkan dengan mereka,
“Bud, Kau disana?”Kata Saiful
“Iya Pul aku disini, kau lagi
dimana?”
“Masih perjalanan turun, satu jam
lagi mungkin baru sampai disana, kau bawa temanku saja dulu ke RSUD Boyolali,
dia perlu penanganan segera”
“ya..ya aku dah lihat kondisi
disini, aku meluncur ke kota segera, walaupun agak memakan waktu lama, kuharap
tidak terlambat dan dia semakin parah, Kau nanti nyusul bareng mas Timbul aja
naik Trail TLX miliknya. Aku berangkat sekarang,..”Kata Teman Saiful yang
bernama Budi tadi
“oh ya ajak temanku disana ada
mas rudi dan bintang, nanti aku kontak lewat HP aja kalau dah dikota “
“Ok!” jawab Budi Singkat
Rombongan Tim Sar bersama Rudi
ditemani Yulisa dan Tari langsung membawa Meyda turun, sementara Bintang
Tinggal ditempat untuk mengkondisikan acara sambil menunggu Saiful. Dalam
perjalanan gurat muka tegang nampak dari muka Rudi, Yulisa ataupun Tari, muka
Meyda sendiri semakin pucat. Sementara itu mobil Jeep yang dikendarai mereka
terus melaju menuruni jalan Selo-Boyolali kota.
Satu jam kemudian Saiful tiba di
tempat Pak RT, dilihatnya peserta dan panitia sudah berkemas-kemas. Tinggal
menunggu mobil penjemputan.
“Gimana Tang, semua sudah
dikondisikan kan?” kata Saiful pada Bintang
“Iya kau jadi nyusul ke Rumah
Sakit sekarang? Biar aku yang handle disini”
“Iya aku berangkat segera saja
kesana, mana mas Timbul?”
Pandangan Saiful beredar
mengelilingi Ruangan, dilihatnya orang yang bernama Mas Timbul sedang duduk
santai sambil menghisap rokok Djarum Black,”Ayo bang berangkat!” ajak Saiful
“Kau itu lama sekali turun dari
gunung, lupa jalan ya, oh ya HT yang kau pinjam, titipin pada Pak RT aja dulu
nanti”kata Mas Timbul pelan setengah bercanda
“Ok-Ok, aku kasih tahu temanku
dulu”
Saiful lalu menghampiri Bintang
dan menyampaikan beberapa pesan.
“Setelah di kota apa rencanamu?”
tanya Bintang
“Aku mesti mengabari keluarga
Meyda yang ada di Semarang”
“Siapa?”
“Ustadz Fahmi, Meyda itu keponakan
ustadz Fahmi, dia perlu tahu segera tentang kejadian ini’
“Meyda keponakan Ustadz Fahmi ?”
Bintang seolah tidak percaya, Meyda tidak pernah cerita hal ini sebelumnya,
Ustadz Fahmi adalah salah satu Ustadz kondang dikalangan Mahasiswa Kota
Semarang. Tapi hubungan keluaga mereka tidak banyak diketahui orang, mungkin
meyda sungkan menyampaikan pada teman-teman yang lain. Bintang Belum Sempat
bertanya lebih jauh, Saiful sudah meluncur bareng Mas Timbul naik Trail TLX
oranye milik Tim SAR Boyolali.
Ketika Saiful dah sampai di RSUD,
ia hanya menjumpai Rudi disana.
“Meyda sudah dirujuk ke Rumah
sakit Kariadi di Semarang, mereka berangkat Setengah Jam yang lalu, peralatan
disini tidak mendukung untuk perawatan lebih jauh” kata Rudi menjelaskan.
“Apa diagnosis Dokter? Sampai dia
mesti dirujuk ke Semarang” tanya Saiful
“Telah terjadi pendarahan di
pembuluh Otaknya, disini tadi Cuma penanganan sementara..harus segera dibawa ke
Kariadi”
“Pendarahan di Otak?” kabar itu
terdengar bagai petir bagi Saiful,”Meyda mengidap penyakit apa? Sampai
kondisinya parah semacam ini?”
Rudi terdiam sambil menggeleng
pelan tanda tidak tahu, sementara Pikiran Saiful sudah tertuju pada Ustadz
Fahmi, beliau harus tahu segera, pikirnya dan Satu Orang lagi harus tahu
kondisi ini, Seseorang yang tengah berada jauh dari gunung merbabu ini
***************************************
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar