Hujan
deras mengguyur kota solo siang ini, Langit pun dihiasi dengan kilatan petir
yang menyambar. Suasana Jalan Slamet Riyadi, salah satu jalan protokol di Kota
Solo,masih tetap ramai dengan lalu lalang berbagai macam kendaraan yang nekat
menerobos derasnya hujan. Mau gimana lagi? Hujan tetaplah hujan, urusan kerjaan
tetaplah mesti diselesaikan, mungkin itulah yang ada dalam pikiran orang-orang
itu, terlebih jasa delivery order makanan cepat saji, laris sekali mereka di
kala hujan seperti ini, beberapa bahkan berani mengusung semboyan tiga puluh
menit sampai atau kami gratiskan, wuihh. Entahlah sudah berapa banyak lalu
lalang kendaraan delivery order berlalu didepanku, aku tak memeperdulikannya,
aku lebih memilih duduk santai menikmati hujan dari balik kaca resto jepang di
salah satu sudut Jalan Slamet Riyadi ini. Karena urusan hujan ini pulalah
rencana perjalananku di kota solo siang ini agak tertunda. Untung saja klienku
mau memahami kondisi ini dan mau menjadwal ulang pertemuan yang seharusnya
siang ini. Bagiku kota ini memiliki sebuah kesan tersendiri, ini bukan
perjalanan pertamaku ke kota ini. Namun sudah lebih dari sepuluh tahun yang
lalu ketika aku terakhir berkunjung ke kota ini. Cukup banyak perubahan yang
aku temukan di kota terbesar kedua di jawa tengah ini.
Sambil
menunggu pesenan makananku tiba, aku kembali fokus menyelesaikan beberapa
pekerjaan kantor di depan laptopku. Sejumlah file-file laporan keuangan
beberapa perusahaan swasta dan BUMN menumpuk untuk diaudit segera. Pekerajaan
sebagai auditor salah satu lembaga audit asing kenamaan memang menjadi prestige
tersendiri buatku, walaupun kadang terasa memebosankan namun akau sadar
disinilah jiwaku. Berkutat dengan berbagai macam angka, statistik, neraca
keuangan sudah menjadi makananku sejak lama.
Sejenak
aku mengalihkan perhatianku pada suasana restoran ini, cukup cozy dan menyenangkan
menghabiskan waktu disini. Ornamen khas jepang berada disetiap penjuru ruangan,
belum lagi ditambah arsitektur interior gaya asia timur menjadikan suasana
benar-benar hidup. Meskipun begitu pengunjung disini bisa dibilang sepi siang
ini. Cuma ada aku dan satu pengunjung lagi terpaut lima meja denganku, seorang
pria paruh baya dengan kemeja hijau tengah asyik menikmati hidangan teriyaki
yang ada didepannya. Aku kembali fokus pada laptop didepanku.
“Permisi
Pak..ini pesenan bapak” Seorang pelayan muda mengagetkanku
“Oh
iya makasih mbak..” kataku
“Ada
yang mau dipesan lagi Pak?” pelayan itu berkata dengan senyum manis
“Oh
cukup mbak makasih...”
“Kalau
begitu saya permisi dulu, kalau ada tambahan bisa mengubungi kami disebelah
sana pak..” katanya sambil menunjukkan salah satu bagian restoran itu, bagian
pemesanan sekaligus kasir.
“Okey..”kataku
pelan sambil melempar senyum pada pelayan itu.
Hidangan
Sushi didepanku itu sudah menggodaku, ah.. ku tinggalkan sejenak pekerjaan
dilaptopku. Baru berniat menyantap sushi itu, sebuah Pesan SMS masuk ke
Smartphoneku, terpaksa kutunda keinginanku, kubuka dulu SMS itu, siapa tahu SMS
Penting, tuh bener kan SMS dari Manajerku,
From: Bos Rio
Adi buka emailmu segera ada
job kamu yang mesti direvisi,dah kukirim barusan catetan perbaikannya,deadline
malam ini, besok pagi mau dibawa ke klien kita.nggak pake terlambat ya !!!
Fiuhh..!! kerjaan lagi.. nafsu makanku sejenak hilang.
“Nggak tahu apa di Sini guwe juga banyak kerjaan...
yang ngirim guwe ke solo siapa..yang nambahin kerjaan siapa” aku ngedumel
sendiri.
Aku meminum jus sirsak yang ada didepanku, lumayanlah
meredakan emosiku
Aku mengalihakn perhatianku pada pelayan yang
mengantarkan pesananku tadi, ia mengobrol didepan meja kasir bersama salah
seorang rekannya. Sesaat kemudian Ia menoleh padaku dan melempar senyum.
Ah..bodoh kenapa malah melakukan tindakan nggak jelas kayak gini,
Aku menarik nafas pelan, bukan pelayan itu yang
menarik perhatianku melainkan seseorang yang lain,wajah pelayan itu
mengingatkanku pada sesosok perempuan yang kutemui di bandara tadi pagi.
Sama-sama memiliki gurat wajah oriental, mereka agak mirip, walaupun kubilang
masih lebih cantik perempuan yang kutemui di bandara tadi. Sayang tadi aku
tidak sempat berkenalan, hanya sesaat berjumpa ketika sama-sama mengambil
koper, namun senyum itu bener-benar kuingat, ah andai saja bisa bertemu lagi
dengan perempuan itu.
Aku tertawa sendiri, “Ngarep dan ngayal tingkat tinggi
nih”
Aku pun menikmati sushi didepanku. Tak perduli dengan
segudang beban pekerjaan yang mesti kuselesaikan, sekarang adalah saatnya
bersantai.
Terdengar bunyi gemericing tanda pintu masuk dibuka,
menandakan ada pengunjung datang, entah karyawan ataupun beneran pengunjung aku
tak peduli. Namun aku benar-benar terkejut,
“Oh My God..” aku tersentak kaget
Wajah itu..mantel hitam yang dikenakannya.. tidak
salah lagi itu Perempuan yang kulihat dibandara tadi. Aku mengamati Perempuan
itu, ia berjalan menuju meja pelayan dan tampak memesan makanan. Kulihat ia
masih terdiam didepan sana. Pelayan yang mempersilahkan duduk duluan tidak
digubrisnya, mungkin dia menunggu pesenannnya langsung. Tak lama kemudian setelah
pesenannya jadi Ia pun berjalan menuju salah satu meja. Perempuan itu berjalan
mendekat ke arahku, akhirnya ia mengambil tempat duduk tak jauh dari tempatku.
Hanya terpaut satu meja. Aku benar-benar tak percaya dengan apa yang kulihat,
dia beneran perempuan yang tadi, aku tak mungkin salah. Aku mengamati serius
tajam ke arahnya. Dia berbalik menatapku dan tersenyum padaku,
“Monyiii...senyumnya bikin lupa urusan disini.”
Aku beralih lagi pada hidangan didepanku. Grogi,
Nervous apapaun istilahnya, sekarang inilah yang kurasakan. Aku hanya
mencuri-curi pandang.
Kulihat perempuan itu menghentikan aktivitas makannya
dan beralih menuliskan sesuatu di buku agendanya. Tak lama, ia pun meneruskan
aktivitas makannya kembali.
‘Ayo di sampai kapan kau mau diam gini terus...sapa
terus ajak ngobrol..jangan bengong aja kayak dibandara tadi” aku memotivasi
diri sendiri.
Sebuah dering telpon terdengar, kulihat perempuan itu
tergesa-gesa mengambil hp yang ada ditasnya, Kakinya menendang meja makannya, ia meringis kesakitan, Pulpen
hitam yang ada dimejanya jatuh ke lantai, menggelinding tepat dibawah kakiku.
“Ah..awalan yang bagus untuk memulai obrolan” pikirku
Aku memungut pulpen itu, kuamati merknya, Montblank,
sebuah pulpen mahal dan eksklusif, dari situ aku mengerti kelas sosialnya,
“Okey...it’s fine..” kataku.
Aku berjalan mendekat ketika dia sudah selesai dengan
obrolan di telpon.
“Maaf Mbak.. ini pulpennya jatuh tadi..”
“Oh iya mas makasih... tadi buru-buru sih ngangkat
telpon sampai nendang meja ini segala”
“Ehhmm.. boleh saya duduk disini?” ucapku basa basi
“Silahkan..”
Ahaa... awalan yang bagus.
“Sendirian aja kesini..?”
“Kelihatannya..”
“Oh... Betul juga pertanyaan bodoh ya... hehee”
Aku terdiam sejenak, jangan sampai salah bicara lagi
“Adi..” Aku mengenalkan diri sambil mengajaknya
bersalaman
Lagi-lagi dia melemparkan senyum manisnya,
“Viska..”dia membalas
“Nama yang bagus..”Komentarku singkat
Dia hanya tersenyum saja.
“Perasaan kita pernah bertemu tapi dimana ya mas..” Ia
berusaha mengingat-ingat sesuatu
“Saya juga berfikir begitu mbak.. Bandara Adi Sumarmo tadi
pagi..?” Aku berusaha memancing, nggak enak jika harus to the point
Kulihat dia melongo kaget,
“Ah...iya..ya, saat ngambil koper kan... pantes”
Aku tertawa kecil,
“Kok ketawa mas..? ada yang lucu..” tanyannya
“Enggak.. Cuma kurasa ini bukan kebetulan, tapi..”
“Tapi apa mas..?”
“Tapi Takdir..!”
Kami berdua pun kompak tertawa. Kulihat dia meminum
Softdrink yang dipesannya, ia agak tersedak. Kami terdiam sejenak.
“Mbak Viska asli sini..?” aku melanjutkan obrolan
“Panggil aja Viska.. biar lebih akrab..sepertinya kita
seusia.. iya aku asli sini, rumahku didaerah Laweyan.. sejak SD sampe SMA aku
di Solo, lanjut kuliah di Nanyang dan sekarang kerja di Jakarta..”
“Nanyang Singapura? Wah keren..!”
Ia hanya mengangguk.
“Kamu Asli Solo juga ? “ Ia balas bertanya
“Enggak..aku dari kecil di Jakarta, ayahku dari padang,
ibu dari Jogja, tapi aku punya paman di Solo, Cuma sudah lama aku nggak
kesini...sudah banyak yang berubah..”
“Betul banget.. aku juga ngerasa begitu.. terlebih
setelah punya walikota seperti pak Jokowi kota Solo banyak sekali perubahannya...
sayang dia sekarang sudah pindah, milih ngurusin jakarta, yang aku tahu sendiri
masalahnya sudah kompleks..belum yakin akan beres meski dipimpin sama Jokowi
sekalipun... ah..! Sudahlah..nggak usah dipikirin urusan politik macam itu..”
ia berkata panjang lebar
“Viska di Jakarta kerja dimana..?” aku masih berusaha
menggali info lebih dalam lagi. Modus..
“Disebuah perusahaan Kurator..Kantorku di Sudirman..”
“Wah sama dong kantorku juga disekitaran sudirman..”
Kulihat dia sekali lagi terkejut
Aku tersenyum puas, sementara kulihat Viska hanya
geleng-geleng kepala
“Kubilang juga apa..ini bukan kebetulan tapi takdir..sebentar
aku ambil kartu namaku dulu..”
Aku mengambil kartu nama didompetku. Ah mana kartu
namaku. Kok nggak ketemu..biasanya juga mudah dicari.. hampir setengah menit
aku mencari..ah ini dia. Saat akan kuserahkan pada Viska, aku kaget ketika
seorang pelayan menegurku,
“Maaf Pak, Bapak ngobrol dengan siapa..?”katanya
“Mbak gimana sih..nggak tahu apa saya lagi ngobrol ma
perempuan didepan..?” jawabku dengan emosi.
Wajah pelayan itu keheranan,
“Mohon maaf Pak... dari tadi meja didepan bapak itu
kosong.. karena dari kejauhan kulihat bapak ngobrol sendiri makanya saya datang
kesini..mungkin ada masalah”
“Enak aja saya dibilang ngobrol sendiri..., nih
makanan masih ada diatas meja, Viska yang saya ajak bicara juga masih ada kalau
mbak mau ngobrol, kalau masih nggak percaya, coba tanya sama bapak itu.. Masak
saya dibilang ngobrol sendirian sih..emangnya saya gila ”
Pelayan itu masih menggeleng-gelengkan kepala sambil
memandang ke arah pria paruh baya yang kumaksud.
Bapak itu mendekat pada kami,
“Dek..dari tadi saya juga merhatiin kamu itu
sendirian..pengunjung resto ini dari tadi Cuma kita berdua..nggak ada yang
lain, saya juga aneh ngelihat tingkahmu dari tadi..kayak orang linglung” kata
Bapak itu
Brakk!!! Aku mengebrak meja didepanku
“Kalian jangan sembarangan kalau ngomong ya..lihat
Viska masih ada didepan..!” kataku sambil menunjuk pada Viska.
Kulihat Viska tersenyum dan kemudian berdiri,dari
wajahnya kulihat diat tidak suka dengan
keributan ini. Ia pun berlalu pergi meninggalkan kami. Aku berusaha mengejar,
tapi Pelayan itu menahanku
“Maaf bapak.. Resto ini dilengkapi CCTV kalau nggak percaya
mari kita lihat rekamannya..” kata pelayan itu,” Kami juga tidak melayani
pesanan setelah bapak tadi..”
“Adek sakit ya..?” tanya bapak itu
“Terserah kalian mau bilang apa...!!!”
Aku kalap mengeluarkan lima lembar seratus ribuan.
“Nih..aku bayar makanan pesananku tadi sekalian punya
Viska..lihat dia sudah pergi duluan..kulihat dia belum bayar juga tadi.. ambil
saja kembaliannya”kataku denganKetus.
Aku pun kembali kemejaku memberesi semua
barang-barangku dan berniat mengejar perempuan bernama Viska tadi. Pundakku
terasa Sakit ketika Bapak paruh baya itu menggengam erat pundakku. Pandangannya
tajam padaku. Aku berusaha melawan, namun sebuah pukulan mendarat di ulu hatiku
menyebabkanku lemas dan tertunduk dikursi.
Samar-samar kudengar suara bapak itu.
“Mbak tolong telpon dokter segera..”
Pandanganku kabur seketika...
****************************************
Skizofrenia
adalah gangguan kejiwaan dan kondisi medis yag mempengaruhi fungsi otak
manusia, mempengaruhi fungsi normal kognitif, emosional dan tingkah laku. Ia
adalah gangguan jiwa psikotik paling lazim dengan ciri hilangnya perasaan
afektif, sering kali diikuti dengan delusi (keyakinan yang salah) dan
halusinasi (persepsi tanpa ada rangsang panca indera).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar