Rabu, 14 Maret 2012

Damai yang kunanti( potongan surat dari buku road to heaven)

".....terlalu banyak kisah yang mesti ditulis untuk kemudian menjadijkan kita terhenyak dan sadar bahwa kita tak memiliki kekuatan apa apa untuk sekedar bicara kata. disini tak ada yang bisa kami harapkan selain sekedar merasakan apa itu damai, menunaikan ibadah dengan tenang tanpa dihantui kecemasan.
Adikku mungkin engkau juga ayah dan ibu masih bertanya-tanya kenapa aku mesri pergi jauh meninggalkan rumah, meninggalkan semua cita dan juga tawa canda bersama keluarga. Sungguh adikku jika engkau besar nanti engkau pasti memahami jalan pikiran kakakmu ini. Kini kakakmu ini menyadari masih banyak mimpi-mimpi yang belum terwujud,naik impian kakak atau impianmu sendiri faris, bukankah engkau dulu bilang besok kalau sudah gede pingin jadi insinyur, ah masih teringat jelas dikepalaku faris, kau begitu ngeyel ketika kubilang: sekarang gelar insinyur mah dah ganti nama jadi sarjana teknik, ris.
sudahlah, kakak berharap kamu tetap rajin belajar moga tetap jadi juara kelas dan tetap terus sekolah ris, kasihan anak-anak disini, belum jelas kapan konflik ini akan berakhir,sekolah mereka dibakar,dicekam ketakutan dan trauma karena kehilangan keluarga mereka, ya ris. disini banyak anak-anak yang kehilangan orang tuanya....ah kamu masih terlalu kecil untuk merasakan dan mengerti hal seperti ini.
Tapi kakak masih merasa kedamaian itu pasti datang, damai bersama para pejuang islam ris, tahu nggak kakak yakin jalan ini adalah jalan yang lurus , jalan mengabdi pada Allah, kalau nggak di dunia, semoga bisa kutemukan damai disyurga nanti, 
bagi kakakmu ini yang penting tetap istiqomah meniti jalan ini karena kakak yakin ini adalah salah satu jalan ke syurga, kalau guru bahasa kakak dulu nyebutnya "road to heaven", apalah artinya itu ris,yang penting kakak ikhlas menjalani ini semua.
doakan ya ris,kakakmu ini bisa menjemput cita-cita kakak ya, menjemput damai disyurga.


Nitip salam ris buat bapak ibu, juga adikmu rahma dan tika, jaga mereka ya, ingat ya kamu itu anak laki-laki mesti tumbuh kuat.jangan cengeng,moga kesampaian cita-citamu jadi insinyur nanti,kakak belum bisa ngasih kepastian kapan pulang, disini masih rusuh,ambon masih membara dalam konflik ris, tapi kakakmu ini nggak patah semangat kok, kamu juga janga patah semangat ya.tetap rajin sembahyang 
Wassalamu'alaikum warohmatullohi wabarokatuh


Ambon,12 Agustus 2000
Salam kangen dari kakakmu 
Khattab Abdillah


******
Faris masih tertunduk sambil memegang sepucuk surat yang diterimanya dari kakaknya ketika ia masih berumur 10 tahun, sedih ketika ia membaca kembali surat itu,surat terakhir yang diterimanya dari kakaknya,karena dua bulan setelah menerima surat itu,ia mendapat kabar kakaknya telah meninggal dunia,
" Mas, semoga engkau benar-benar menjemput syahid sebagaimana yang kau impikan, menemukan damai di syurga Allah yang abadi.amin" ucap faris lirih.
"Mas adikmu ini berusaha memenuhi janji,setelah bapak meninggal, aku berusaha menjaga tika dan rahma agar tetap bisa sekolah, biarlah kuliahku agak kacau mas, yang penting adik-adik bisa bahagia,bisa memenuhi cita-cita mereka" ucapan lirih itu masih terus terucap dari bibir faris, entah ditujukan pada siapa.
" Kau tahu mas, Tika sekarang dah jadi perawat dah bekerja, rahma juga dah tamat SMK kini ia kerja di perusahaan garmen, Ibu juga masih rajin ke pasar" tak terasa butir air mata meleleh membasahi pipi faris
" Ah kau benar mas,hari ini aku akan menjemput mimpiku, sarjana teknik sipil , nggak ada gelar insinyur di depan namaku, tapi sama sajakan? sarjana teknik, walaupun agak lama juga lulusnya" faris mencoba tersenyum menghibur diri, tapi tetap getir terasa. Faris mengalihkan pandangan kelangit-langit kamarnya.
" Semoga rindu dan damai yang kita rindukan bisa tercapai mas, aku jujur baru mudeng kenapa mas dulu pergi ke meninggalkan rumah berangkat ke ambon" dipejamkan mata faris,bercucuran air matanya,terlintas dalam pikiranya bayangna masa kecil bersama kakaknya.
Hei faris yang gagah dan garang itu ternyata bisa menangis juga,padahal ketika bentrok dengan aparat dulu,apalagi ketika ditahan dan mendapat penyiksaan,tak setetes air mata pun mengalir.Kini dihadapan sepucuk surat ia nampak begitu melankolis, sungguh pribadi yang aneh.atau banyak manusia lain yang seperti itu. 
Faris tergugah, membuka matanya ketika suara adzan terdengar dari masjid di depan kosnya. Dilipatnya surat itu hendak dimasukkan kedalam amplop semula,di dalam amplop itu terdapat dua foto, satu adalah foto yang dikirimkan kakaknya ketika berada di mabon, foto kakaknya bersama teman-temannya dan juga beberapa anak kecil ambon dengan latar belakang masjid yang telah dibakar,satu lagi adalah foto keluarga mereka utuh dari Mas khattab sampai si bungsu rahma dan bapak ibunya.Miris hati faris.
" Mas khattab dulu jalanmu memang pergi jihad ke ambon mas, kini aku menempuh jalanku sendiri mas,sebagai aktivis dakwah, jadi dai,
semoga ini dapat mengantarkan kita kembali dipertemukan di syurga nanti" Lekas-lekas faris memasukkan surat beserta amplopnya kedalam buku agenda biru warisan bapaknya itu, ia lantas bergegas berangkat menuju masjid.


Faris memang selalu merasa kehilangan ketika membaca surat dari kakaknya itu. Kakaknya dulu berangkat berjihad ke Ambon ketika kerusuhan meletus di ambon kala itu. Keluarga sempat tidak meridhoi,namun dengan sabar Mas Kahattab menjelaskan pada bapak ibunya tujuan dqan cita-citanya serta niatan mulia memebela islam.Bapak ibunya kemudian melepas kepergian putra sulung mereka , walaupun dengan berat hati memang. Faris masih duduk di kelas 5 sekolah dasar kala itu.Kakaknya masih sering mengirim kabar lewat surat , surat terakhir dari kakaknya itu senantiasa disimpanya,senantiasa menjadi penyemangat baginya.walaupun dulu ketika kecil ia juga belum paham benar maksud kakaknya.
Dalam perjalanan ke masjid Faris masih bergumam," Mas kalau aku sebagai mahasiswa, menjadi aktivis dakwah kampus, maka aku akan tetap berdakwah amar makruf nahi mungkar".
" Kalaupun harus panas-panasan turun kejalan akan kujalani, emangnya aku mau kalah dari lamu" 
Faris terus melangkah memasuki pelataran masjid.KAlimat terakhir faris tadi terasa berat diucapkanya, karena turun aksi kejalanlah, Faris pernah ditahan polisi,akibatnya ujian skripsinya ditunda, bahkan terancam DO,merobohkan sendi-sendi hatinya karena suatu keterlambatan. Beruntunglah ia masih diberikan kesempatan kedua untuk sidang ujian skripsi. Hari ini ia akan menjalaninya,mewujudkan mimpi masa kecilnya,membahagiakan orang tuanya, memenuhi janji serta harapan kakaknya yang dulu pernah diucapkanya
."Aku adalah lelaki yang kuat, nggak cengeng mas,akan aku buktikan hari ini,akan aku tuntaskan harapan bapak ibu, akan ku penuhi janjiku dulu padamu mas, Insya Allah, semoga Allah meridhoi. Amin" katanya mantap sambil masuk ke masjid. Udara pagi seolah turut menghembuskan semangat padanya, sebuah semangat kepada mujahid dakwah yang satu ini. mujahid yang tak kenal menyerah dan lelah dalam berdakwah.


BERSAMBUNG>>>>>


"kapankah damai ini kan kurasa,kapankah aroma syurga akan tercium di depan mata"
ah tulisan ini hanya potongan saja dari bagian buku yang menjadi impianku sejak dulu ingin kutuliskan, semoga saja bisa tuntas nantinya. semoga menginspirasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us