Rabu, 14 Maret 2012

LOTUS,MAKARA DAN MELATI 1


Malam belum berlalu lama ketika kunaiki kereta yang mengantarkanku menuju ibu kota negeri ini, dalam sebuah perjalanan menjemput mimpi yang amat kurindukan. Aku menaiki gerbong ketiga dalam kereta api bisnis ini, dibaris temapt dudukku tidak begitu banyak penumpang, didepanku ada seorang ibu paruh baya yang juga turut berangkat bersama dari stasiun ternama di kota semarang ini. Ibu tadi kemudian menyapaku dan mengawali pembicaraan,
“ mas mau ke jakarta ?” tanya ibu tadi
“iya bu, ibu sendiri mau ke jakarta juga? Balasku
“iya, ibu memang tinggal di jakarta, kemarin baru berkunjung ke tempat saudara di semarang sekalian bertemu anak yang memang belajar disemarang,”
“ oh begitu ya bu”. Cukup singkat jawabku, lantas aku terdiam sebentar
“ adik anak masjid ya?” ibu tadi melempar pertanyaan padaku
“ maksudnya bu?”
“ adik dulu aktivis masjid? Soalnya kalau saya lihat dari penampilan adik seperti aktivis islam atau  anak rohis kebanyakan,”
Aku menjawab dengan anggukan dan senyum kecil. “ iya bu, ibu tahu aja,” jawabku sambil tersenyum simpul.
“Iyalah lha penampilan adik kan mudah dikenali lagian anak ibu juga sejak sma juga jadi aktivis rohis, ibu nggak melarang kok, sebab dia kan jadi lebih terselamatkan dari pergaulan negatif anak muda zaman sekarang dan alhamdulillah sampai sekarang masih bertahan, adik masih kuliah?
“ enggak bu, saya sudah lulus kuliah setahun yang lalu, oh ya bu dari tadi saya belum memperkenalkan nama, saya Ahmad Rizqi ,” kataku sambil menyerahkan kartu namaku, siapa tahu bisa untuk koneksi nanti ke depan,
“ oh makasih ya dik” kata ibu itu menerima pemberianku.
“ ini buat adik” ibu itu memberikan sebuah bingkisan kecil , berisikan sebuah pulpen mewah, dihiasi replika bunga melati berjumlah lima didalam bingkisan tadi,
“ nggak usah repot-repot bu” aku mencoba menolak
“ ambil aja, disitu juga ada alamat tempat kerja ibu dijakarta kalau suatu saat adik sempat, coba sekali-kali main, itu oleh-oleh yang dibuatkan oleh anak ibu, dia memang punya usaha membuat suvenir bersama teman-teman kuliahnya, maunya dia sih suruh ngasihkan rekanan kerja ibu dijakarta, tapi buat adik satu nggak papa kok ibu masih punya banyak, lagian ibu yakin adik bukan orang jahat jadi ambil saja sebagai hadiah”
“ makasih ya bu” aku akhirnya menerima pemberian dari ibu tadi, baik juga ibu ini pikirku
Kereta terus melaju menyusuri malam dan akhirnya berhenti disalah satu stasiun, naiklah beberapa penumpang lain, dan dibarisku yang semula baru berisi dua orang sekarang bertambah dua orang, seorang bapak dengan mengenakan baju batik dari gurat wajahnya nampak berusia lima puluhan yang duduk disampingku dan seorang ibu muda yang mengenakan jilbab ungu dengan bros berbentuk aneh walaupun sebenarnya aku merasa cukup familiar dengan bentuknya,yang duduk bersebelahan dengan ibu tadi.Kelihatanya masih berusia tiga puluhan
“Mau kejakarta pak?” tanyaku basa-basi membuka pembicaraan dengan bapak yang disebelahku.
Bapak tadi mengangguk dan membalas dengan pertanyaan serupa. Kamipun kemudian berbincang tentang berbagai hal lebih akrab, hingga kepada sebuah pertanyaan,
“ adik sudah lulus kuliah ya ? ke jakarta ada keperluan apa?

“ iya pak, dulu saya kuliah di undip pak, dijakarta ada janjian dengan relasi” jawabku singkat dengan mencoba tidak mengutarakan semua maksudku dalam tujuanku ke jakarta,
Ibu yang memberikanku hadiah tadi turut menimpali,” oh jadi adik alumni undip, anak saya yang tadi saya ceritain  kuliah diundip juga lho , “
“ oh ya , wah tapi sekarang saya jarang ke kampus lagi bu, jadi mungkin nggak bakal bertemu”
Bapak tadi kemudian memberiku sebuah kartu nama yang berlatar sebuah motif bunga, rupanya bapak tadi memiliki usaha nursery. Tak lupa aku juga memberikan kartu namaku. Kami kemudian larut dalam pembicaraan ringan seputar permasalahan negeri ini. Ibu yang baik hati tadi juga terlibat pembicaraan dengan ibu muda yang duduk disebelahnya, dari pembicaraan yang kudengar ternyata ibu muda tadi merupakan dosen, aku jadi teringat bentuk bros yang dikenakanya, ya yang motifnya aneh tadi menurutku, ternyata merupakan sebuah lambang yang menggambarkan sebagian kalangan intelektual negeri ini, ya kala MAKARA , pantas tadi aku serasa familiar dengan bentuknya.
Pembicaraan diantara kami terus berlanjut hingga jarum jam menunjukkan pukul dua belas, bapak tadi pun kemudian izin untuk beristirahat. Sementara perhatianku kemudian tertuju kepada kartu nama pemberian bapak tadi, aku tertarik dengan motif bunga yang ada disitu, aku jadi teringat penjelasan kawanku dulu yang jurusan biologi ketika menerangkan padaku berbagai macam bentuk bunga, motif ini adalah bentuk bunga lotus, yang menurut kawanku itu merupakan bunga yang lumayan populer, bahkan bentuknya menjadi kebanggaan sebagian kalangan, walaupun katanya tidak semua memahami bentuk tadi, aku kemudian mengeluarkan bingkisan pemberian ibu tadi, dua bunga khas , sungguh pemberian yang berkesan dalam perjalanan ini, bunga yang menarik hati lotus dan melati, akupun kemudian memejamkan mataku dan terlelap dalam tidurku. Sementara kereta terus melaju membelah malam.
Aku terbangun ketika bapak yang tadi disebelahku bersiap-siap untuk turun, begitu juga dengan ibu yang baik hati tadi.
“ oh bapak dan ibu mau turun sekarang?” tanyaku
“ iya dik bapak mau turun di stasiun jatinegara di depan,” kata bapak tadi
“ ibu juga turun didepan, sudah ada yang menjemput, kapan-kapan mampir ke tempat ibu ya dik, nanti tak kenalkan sama anak ibu yang di undip juga, siapa tahu kalian pernah bertemu sebelumnya”
“insya Allah bu, nanti kalau sempat saya silaturahim ke tempat ibu” jawabku
“ Hati-hati ya dik, adik masih muda masih produktif, masih menjadi harapan untuk memperbaiki negeri kedepan” pesan bapak tadi sambil melangkah turun, aku menyalaminya tanpa terasa kartu yang diberikanya yang sebelumnya masih pegang terjatuh.Keretapun berhenti dan dua insan tadi kemudian turun
Kartu nama pemberian bapak tadi yang terjatuh terbalik kemudian kuambil, aku sebelumnya tidak memperhatikan bagian itu, karena terlanjur tertarik mengamati bunga lotus tadi, bagian yang sebaliknya berwarna putih polos, kuambil  kartu itu dan kuamati, mataku terbelalak membacanya. Sebuah gambar bertuliskan DPR RI. Kemudian beralih kubaca dibawahnya Komisi X, Doktor? M.Sc  ?aku seolah tak percaya dengan apa yang kubaca, ternyata dibalik kesederhanaan bapak tadi,
“anggota DPR, hanya naik kereta ?” gumamku lirih
“ adik heran dengan bapak tadi?” ibu muda yang didepanku tadi bertanya padaku, rupanya ia mendengar perkataanku tadi.
“iya bu, ibu kenal dengan bapak tadi, saya lihat tadi ibu bareng naik keretanya?” tanyaku
Ibu itu tertawa kecil, “ iya lah , bapak tadi itu mantan Dosen dialmamater saya, sekaligus pembimbing lapangan untuk disertasi yang sedang saya susun, kebetulan kami kemarin baru saja survei dijawa tengah dan bapak tadi mengajak saya mampir dirumahnya yang di jawa tengah, bapak tadi langsung turun menuju rumah dinasnya, sedangkan saya mau langsung ke depok setelah ini”
“oh jadi gitu tho, wah saya jadi malu sudah ngobrol banyak dengan bapak tadi, tapi nggak tahu kalau beliau anggota DPR, habis saya terlalu asyik mengamati motif bunga lotus yang ada dikartu nama sebaliknya, jadi saya pikir bapaknya pengusaha aja” kataku sambil tersenyum simpul
“bapak tadi memang menyukai motif bunga lotus katanya mengingatkanya pada almamater saat sarjana dulu, semacam nostalgia gitu, ya politikus itu kan punya gaya khas masing-masing” kata ibu muda tadi menjelaskan.
Tanpa terasa kereta telah mencapai stasiun pemberhentian terakhir, Ibu muda tadi telah bersiap turun,
“ mari dik turun, sudah nyampe di stasiun terakhir” katanya sambil beranjak meninggalkan tempat duduknya.
“oh iya bu, ibu duluan saja saya mau betulin sepatu dulu”
Aku masih membereskan sepatuku ketika ibu itu berlalu, saat selesai membetulkan sepatuku pandanganku tertuju ke benda yang terjatuh dibawah kursi, sebuah bros makara milik ibu tadi yang terjatuh, segera kupungut bros tadi dan aku bermaksud mengejar ibu tadi untuk memberikan bros yang terjatuh tersebut, aku bergegas menyusul turun namun tidak kutemui ibu tadi ketika aku turun dari kereta, kuedarkan pandangan ke penjuru stasiun namun tak kulihat juga ibu muda tadi.
Lebih baik kusimpan saja pikirku, siapa tahu dilain waktu bertemu lagi. Aku berjalan menuju toilet untuk cuci muka, aku mencuci mukaku didepan wastafel dan berkaca pada kaca yang tersedia, mataku tertuju pada sebuah stiker ganesa yang tertempel dipojok kanan atas kaca , aku terhenyak sejenak,
“ perjalanan kali ini aku benar-benar memaknai sebuah perlambang yang dibanggakan oleh sebagian kalangan inteletual negeri ini, simbol – simbol yang berbeda itu kini ada dalam genggaman tanganku, manakah yang terbaik untuku, atau bisakah aku menyatukan mereka semuanya” gumamku sambil mengamati tiga benda yang kuperoleh dari teman perjalananku kali ini lotus, makara dan melati. Namun jauh dalam pikiranku ada hal lain yang lebih mengusik, yang memang menjadi tujuanku melakukan perjalanan ini,kukeluarkan dua buah  surat panggilan interview yang ada disaku jaketku, yang satu bergambar bunga sakura dan yang satu lagi bergambar kangguru disampulnya.
Aku mendesah panjang dan berkata dalam hati, “ hidup itu memang pilihan, ya rabb tunjukkan mana yang terbaik”, aku kemudian bergegas melanjutkan perjalanan meninggalkan stasiun terakhir ini menuju pemberhentian selanjutnya untuk menjemput mimpiku.
(BERSAMBUNG)

*cerita ini hanya fiktif belaka,jika ada kesamaan nama dan tempat itu hanya kebetulan semata,diinspirasi diantara suntuknya belajar materi kuliah iseng-iseng buat tulisan ini, semoga menghibur

1 komentar:

  1. salam gan ...
    menghadiahkan Pujian kepada orang di sekitar adalah awal investasi Kebahagiaan Anda...
    di tunggu kunjungan balik.nya gan !

    BalasHapus

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us