Rabu, 21 September 2011

Serial Andromeda 1: Jika Memang Cinta Katakan Saja

Hari sabtu pagi ini terasa begitu berbeda bagiku, ruang utama seminar GSG kali ini seolah-olah menjadi panggung pengadilan untukku, suara riuh mahasiswa memenuhi segenap penjuru ruanagan, sesekali sorak-sorai yel-yel fakultas dan tepuk tangan membahana ketika pertemuan akhir tahun ini dibuka oleh MC, beginilah suasana kongres mahasiswa yang dihadiri oleh seluruh lembaga mahasiswa mulai dari tingkat fakultas hingga unit kegiatan mahasiswa universitas, semua tumpah ruah menjadi satu, membahana dalam ruangan dengan lantai berundak-undak seperti panggung teater ini, smentara Mc masih membawakan acara dengan segala tata tertib yang harus dipatuhi, sambutan birokrasi dan rangkaian urutan acara lainnya, aku masih terduduk disalah satu bagian ruangan disebelah panggung utama. Duduk termenung menatap kosong kedepan, sementara disekitarku panitia kongres tampak sibuk kesana kemari dengan segala kesibukannya masing-masing. Para Menteri kabinet mahasiswa yang kubentuk setahun ini juga tampak memenuhi barisan depan tempat duduk bersama dengan ketua-ketua lembaga mahasiswa yang lain, aku memang sengaja mencari momen sendiri kali ini, sekedar mencari penghayatan sebelum aku benar-benar menuntaskan tugasku di lembaga eksekutif mahasiswa ini, masih teringat jelas pemilihan raya universitas yang berlangsung dua minggu lalu,seperti menjadi gong penutup tugas-tugasku yang akan disidangkan pagi ini, “akhirnya sebentar lagi selesai juga” ujarku pelan.




Sementara itu terdengar suara langkah sepatu mendekat ke ruangan yang aku tempati, dan muncullah mahasiswa berjas almamater yang dilengan kanannya dipenuhi emblem lembaga mahasiswa dan lengan kiri dihiasi bendera merah putih dan bendera Palestina, mengenakan celana bahan warna hitam dan tas punggung eiger kesukaannya ia bersandar didepan pintu ruangan yang aku tempati,


“ masih senang menikmati kesendirian kau disaat seperti ini ?” katanya nyaring padaku, “harusnya kau juga duduk didepan sana disamping birokrasi kampus dan mendampingi kawan-kawanmu itu, malah disini “


“ terkadang sendiri itu memang memberikan ketenangan, lagian disana juga sudah ada wapres dan ketua senat, toh aku nanti juga harus muncul juga didepan kalian semua, Cuma aku ingin sedikit merenungi apa yang selama ini terjadi, selama satu tahun ini “ jawabku sambil menatap langit-langit ruangan. Sementara dari ruang utama kudengar pembantu rektor bidang kemahasiswaan telah selesai menyampaikan sambutannya dan membuka kongres mahasiswa kali ini.


Saiful, pemuda itu berjalan mendekat padaku, sosok ketua Lembaga Dakwah Kampus yang baru saja menyelesaikan pergantian kepemimpinan dilembaga yang dipimpinnya minggu kemarin itu, mengambil kursi dan duduk berhadapan denganku.


“Kau sendiri apa yang akan kau lakukan setelah ini ? bukankah muktamar LDK juga sudah selesai? Tanyaku pada saiful.


“ yah pinginnya sih segera menyelesaikan skripsiku, target bulan depan sudah seminar hasil dan menyusul sidang skripsi, biar segera wisuda, sudah ditunggu di rumah “ katanya sambil tersenyum kecil padaku.


“ wah enak kau skripsi sudah mau kelar, aku masih harus nambah banyak data pendukung lagi, tau nih kelar nggak semester depan, semoga aja bisa..” kataku sambil mendesah pelan.


“ gimana rencana stelah lulus ? masih mau disemarang menekuni bisnis EO dengan kelompok wirausahaamu itu atau jadi mengambil tawaran kerja di pertambangan batubara di Kalimantan ?” saiful masih menanyaiku.


“entahlah..yang jelas aku masih ingin menikmati statusku sebagai mahasiswa selama beberapa bulan kedepan, masih ingin menuntaskan segala mimpi-mimpiku..ciee” kataku setengah bercanda


Saiful kembali hanya tersenyum mendengar jawabanku.


“eh proposalmu gimana dah beres?” kataku selidik penuh canda, obrolan liar semester tua kayak gini emang kadang berkembang kemana-mana.


“proposal yang mana nih? Udahlah lagi males ngomongin, bayangin aja tiga proposal belum selesai kukerjain selama setahun” katanya sambil mengacungkan tiga jarinya ke depanku.


“haa..haa. kau sih terlalu banyak teoritis, katanya mau wirausaha, nggak dikerjain, katanya juga mau lanjut S-2 masih bingung nyari beasiswa, katanya mau menyempurnakan separuh agama segera setelah lulus, tapi nggak pernah serius juga ngomong ke ustadz biar dicariin calonnya..ah omong doang” kataku dengan muka sadis padanya.


“ Ah biarin., hidup itu pilihan bro! yang pasti sekarang targetku mesti lulus dulu, baru action ke yang lain, ngomong-ngomong kau sendiri juga Cuma omong doang, nggak pernah berani ngapa-ngapain” kata saiful dengan sorot mata menyindir padaku. Aku tahu apa yang dimaksudnya, bagi kami yang sudah lama dalam satu kelompok ngaji dikampus sudah tahu tabiat masing-masing termasuk targetan setelah lulus yang dulu kami tuliskan bersama-sama bareng teman-teman sekelompok yang lain, termasuk pernyataan terakhirnya barusan.


Suara dari Mc diruangan utama menghentikan obrolan kami berdua,


“ ACARA SELANJUTNYA PIDATO LAPORAN PERTANGGUNG JAWABAN PRESIDEN BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS DIPONEGORO DIHADAPAN PESERTA KONGRES MAHASISWA, KITA SAMBUT SAUDARA ANDRA SOFYAN GUMILANG!


Mendengar namaku dipanggil akupun melangkah keluar,


“untukmu hanya satu pesanku, ndra! Bersegeralah !” kata saiful disebelahku menemani melangkah keluar.


Tepuk tangan riuh memenuhi ruangan, diwarnai beberapa sorakan entah sorakan marah,bangga atau yang lainnya aku tak peduli, aku melambaikan tanganku pada para hadirin sambil melangkah menuju mimbar dimana disana sudah terletak naskah pidato laporan pertanggung jawabanku sebagai presiden mahasiswa selama satu periode ini, aku juga tidak memperhatikan pesan saiful tadi. Perhatianku tertuju pada ribuan orang yang sekarang ada dihadapanku, yang semuanya menatapku dengan serius, walaupun sudah sering sekali dengan momen semacam ini namun kali ini terasa benar-benar berbeda, sambil pelan-pelan mengambil napas, kuucapkan,


“Assalamu’alaikum warrohmatullahi wabarokatuh ! Hidup Mahasiswa”


**************************************************************


Sementara itu di bagian lain kota Semarang, lebih tepatnya didaerah pesisir pantai kota Semarang pada saat yang bersamaan, diwilayah tambak lorok, sekumpulan organisasi mahasiswa ekstra kampus tengah melakukan kegiatan bakti sosial didaerah tersebut, tampak beberapa ikhwan dan akhwat yang tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing, ada yang menemani adik-adik kecil sedang lomba, sementara sebagian yang lain mengurusi sembako murah dan pengobatan gratis. Beberapa akhwat tengah sibuk membawa beberapa sembako menuju tenda stand.


“ Tari jangan lupa bawa plastik seperempat kiloan kesini “ teriak salah seorang akhwat berjaket merah pada salah seorang akhwat lain yang berada agak jauh darinya.


“ Iya mbak meyda, bentar lagi saya kesana” akhwat yang dipanggil tari menyahut


Tak berapa lama kemudian kahwat yang bernama Tari tadi sudah berdiri di samping Meyda sambil menyerahkan barang yang tadi diminta.


“Syukron ya dik “ kata Meyda berterima kasih.


“sama-sama mbak, sini saya bantuin nimbangin minyak gorengnya” kata tari sambil mengambil posisi duduk disebelah Meyda. Meyda pun mempersilahkan tari duduk disebelahnya.


“Gimana hasil ujian skripsinya kemarin mbak?” tari melanjutkan pembicaraaan sambil mengemasi minyak goreng yang ada didepannya.


“ Alhamdulillah, sudah dinyatakan lulus dengan nilai A” jawab meyda


“ Wah bagus dong mbak, berarti bakal di wisuda bulan depan nih”


“ InsyaAllah! doakan semoga lancar ya “


“Amiin! berarti mbak meyda bakalan langsung balik ke Jakarta habis ini ?”





“Belum tahu juga, kayaknya beberapa bulan ke depan masih ada di Semarang, masih ada amanah yang harus diselesaikan disini, lagian kalau buru-buru balik Jakarta nanti nggak bisa bantu-bantu kalian lagi” balas Meyda ringan.


“hmm Pastinya nanti sepi sekretariat kalau mbak meyda buru-buru balik, emang masih ada kerjaan apa di semarang mbak?” Tari masih asyik bertanya


“Mau tau aja !” jawab Meyda sambil tersenyum, sambil menyerahkan beberapa bungkus minyak goreng yang sudah siap dijual pad Tari. Tari lalau sejenak membawa bungkusan minyak goreng tadi ke meja stand untuk ditata sama panitia baksos yang lain.


Tari lalu kembali menghampiri Meyda


“ Tari kan Cuma pingin tahu aja, apa sih yang membuat mbak betah disemarang ?”


Meyda diam sejenak lalu menatap Tari tajam,


“ Siapa juga yang betah di semarang Ri! Udah panas kayak gini, sering kena rob lagi, hee.hee”


“ emang Jakarta juga nggak panas apa mbak ? sering banjir juga” balas tari manja


“ masih mending Jakarta komplet fasilitasnya, lagian keluarga juga disana semua jadi lebih enak,nggak ada kangen-kangenan lagi”


“oh jadi mbak meyda nggak bakalan kangen sama kita lagi nih ?”


“ ya nggak gitu kali, selama empat tahun di semarang banyak banget kenangan dan hal-hal yang dirindukan apalagi sama kalian-kalian” kata meyda ringan


“nah gitu dong mabk, nanti kalau sudah berkeluarga sekalipun jangan lupa sam Tati ma teman-teman yang lain ya, pokoknya friend forever deh, eh jangan lupa ya kalau nanti nikahan kita diundang ya mbak”


“ eitss anak ini, lha wong wisuda aja belum”


Tari hanya tertawa kecil mendengarnya. Tiba-tiba Hp Meyda berbunyi, diangakatanya Hp itu, ternayata dari temannya yang bernama Yulisa,


“ Iya yul, aku nggak bisa ke sana, lagi di baksos tambak lorok, lagian disana paling juga sudah rame, mendingan disini” katanya sambil tersenyum kecil. Dari ujung telpon yulisa masih berbicara dan bercerita tentang kongres mahasiswa yang masih berlangsung, yang katanya seru banget,”


“ tahu nggak mey! kasihan tadi andra dibantai ma anak-anak fakultas, yang dibilang nggak konkret programnya lah, tadi kan satu-satu perwakilan fakultas ngomong,apalagi fakultasmu paling sadis komentarnya tadi pas pandangan umum masak andra dibilang kayak the sickman yang nggak becus ngurus bem fakultas,lansgsung disoraki ma yang lain ramai deh,


“ Terus kenapa ?” meyda masih menjawab datar


“ yah kau itu mey! Masih nggak peka apa, kau kan orangnya demen banget ma kayak gini, bantuin anak BEM lah apalagi presidenya tuh kasian banget! He.hhee”


“ kok malah kamu yang senang yul, katanya kasian, aneh banget sih nih orang” meyda masih menanggapi serius, “ lagian disini aku bisa menemukan sesuatu yang lain, bisa bersentuhan langsung dengan realitas sosial yang menjadikan kita semakin dewasa, diluar kemapanan yang kita temukan selama ini, udah kau urusin kongres sana, aku mau lanjut ke kerjaan yang lain disini, masih banyak”


“oke bu ustadzah! semangat ya disana, mau nitip salam buat yang disini nggak? apalagi buat pak pres,kan mantan kadepmu dulu ?” diujung telepon yulisa masih bercanda


“udah ku tutup ya, nggak penting banget sih, assalamualaikum !” ujar meyda sambil menutup hp


Tari yang sedari tadi ada disebelah meyda menyimak serius obrolan meyda dengan yulisa lewat telpon tadi, ia heran juga melihat muka meyda yang tiba-tiba jadi sewot seperti itu,


“ siapa sih mbak yang nelpon? Kok jadi judes gitu?”


“ oh itu si mbak yulisa,bendahara bem, dia kan lagi di kongres mahasiswa undip, tadi nanya kok aku nggak kesana kenapa, ya udah kujawab aja aku lagi baksos disini” jawab meyda singkat


“ iya ya hari ini di kampus kan ada kongres juga, mbak malah milih disini ?” tari masih bertanya lagi


“ lebih seru disini, udah lagi males ngomongin yang disana nih, kita bawa barang-barang terakhir ini ke posko yuk, terus kita bantu yang lain, apalagi yang di bagian lomba kayaknya rame tuh disana” ajak meyda


“ iya deh mbak, ayo !” tari menyahut ajakan meyda.






Mereka berdua lalu membawa barang-barang logistik yang tadi mereka siapkan ke posko. Sebenarnya dalam hati meyda ada faktor lain yang menyebabkan ia malas menghadiri kongres, hal ini dipicu oleh kejadian dua bulan yang lalu, meyda masih agak kesal juga dengan kejadian itu walaupun sebenarnya sudah berusaha untuk melupakannya. Namun sejenak aktivitas di baksos kembali memaksanya untuk melupakan obrolan dengan yulisa tadi yang sebenarnya dirinya tidak nyaman juga dengan sindiran-sindiran yang dilontarkan yulisa tadi.


*******************************


Kala itu Meyda sedang dikantor LSM yang dia tempati dan menghabiskan waktunya selama satu tahun terakhir. Ia sedang menyelesaikan laporan hasil studi kebijakan pemkot kota semarang di bidang pelayanan kesehatan, ketika kemudian Andra datang ke kantornya sambil membawa setumpuk berkas-berkas yang dia sendiri tidak mengerti apa isinya saat pertama kali ditunjukkan.


Bukk!! Andra meletakkan berkas-berkas itu tepat diatas meja meyda, setelah sebelumnya masuk ruangan dengan mengucapkan salam.






“Nih kalian periksa lagi laporan ini, kajian kalian lemah terhadap kebijakan pemerintah provinsi untuk kasus kali ini, ketika kami melakukan audiensi dengan DPRD malah dibanting semua argumen kita, karena bukti yang lemah dan tidak akurat semacam ini” Andra mengeluarkan pernyataan serius dengan nada tinggi dan muka dingin pada meyda.


Meyda yang pernah satu departemen di bidang sosial politik BEM selama satu tahun dengan Andra tahu betul karakter dan gaya bicara Andra,Ia hanya menjawab,


“ maksudmu apa Ndra! Kajian kami tentang kasus ini cukup mendalam selama beberapa bulan kemarin, lemah bagaimana ?” meyda masih mencoba menyanggah pendapat mantan kadepnya itu.


“Kau itu kan mahasiswa ekonomi ! harusnya lebih mengerti tentang kajian rancangan APBD provinsi semacam ini, lihat disitu sudah banyak sekali coretan dan data-data yang bisa dipelajari, jika memang kita sudah menyepakati kerjasama BEM dengan LSM ini maka harus saling mendukung jangan sampai terjadi blunder lagi kayak gini” Andra menambahkan sembari beranjak mau pergi meninggalkan ruangan.


“ Tunggu Ndra!” meyda mencoba memanggil Andra.


Andra menoleh sebentar, “pokoknya pelajari lagi data-data yang ku kasih itu terus kalau sudah ngerti, baru kita bisa lanjutkan lagi kerjasamanya, jika tidak ! mending nggak usah lagi”


Andra mengatakan pernyataan terakhirnya dengan nada tinggi sambil mengacungkan telunjuknya, dari nada bicaranya kelihatan ia agak emosional, sehingga gaya otoriternya kadang-kadang muncul disaat seperti itu.Andra pun bergegas pergi. Mendapat perlakuan semacam itu Meyda jadi kesal,


“ Emang siapa dia, main nyuruh-nyuruh aja, aku kan bukan staffnya lagi, mentang-mentang presiden bem terus bisa seenaknya gitu!” Meyda menggerutu sendiri yang didengar oleh mbak santi sekretaris LSM yang dari tadi ada di ruangan sebelah dan juga menyimak kejadian tadi.


“Nggak boleh kayak gitu Dik! Dia kan temanmu juga kan, mbak yakin maksud Andra baik, Cuma bahasa penyampaiannya aja yang agak keras, kau kan kenal sendiri watak Andra dari dulu, kalau sedang banyak pikiran dan emosional kayak gitu, ia jadi kurang ramah kalau bicara sama orang” Mbak Santi datang menghampiri Meyda.


“ Iya sih mbak, tapi kayaknya kali ini keterlaluan banget, dateng-dateng pake marah-marah segala, belum njelasin apa-apa langsung ngeloyor pergi, Cuma ngasih seumbruk kertas kayak gini” Meyda menepuk keras tumppukan berkas tadi sambil masih mengomel.


“Udah sini mbak aja yang periksa, kalau meyda sedang kesal, ingat lho nggak baik sesama muslim bertengkar dan saling membenci” Mbak santi menimpali sambil mengambil tumpukan berkas yang ada dimeja meyda.


Sementara itu meyda hanya menatap kosong kedepan jendela, semua ekspetasinya tentang Andra seolah-olah menjadi hilang sama sekali, seorang presiden bem yang harusnya karismatik itu kini telah menjelma menjadi manusia paling menyebalkan baginya sore itu. Meskipun esoknya Andra menelponnya dan meminta maaf atas kejadian sore itu, ia masih belum bisa memahami termasuk keptusan meyda untuk lebih memilih mengikuti baksos dibandingkan menghadiri lpj andra di kongres mahasiswa


(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us