Senin, 19 September 2011

Sebuah Senja Bersama Aulia


Masih dalam suasana kepenatan dan capek usai ngasisteni dan menyelesaikan draft skripsi ketika temanku yang satu ini mengajakku untuk bertemu, aku cukup lama merindukanya sudah lama dia meninggalkan kota semarang ini, kupikir dia sudah tidak mau kembali lagi ke kota ini, karena mungkin sudah menemukan kehidupan yang lebih baik di kota lain, dia mengajakku bertemu disebuah cafe kecil dekat perumahan Asri Megah, tumben juga dia ngajak ketemu dicafe pikirku, dulu-dulu paling di warung penyet pinggir jalan paling banter juga warung nasi goreng pak gembul.
Cafe ini berukuran tidak begitu besar, dikonsep dengan sederhana, dengan tempat duduk tidak lebih dari 15 meja , ornamen bambu dan lukisan beraliran naturalis tampak menghiasi ruangan utama cafe ini,air mengalir yang menghiasi jendela semakin menambah kesan natural yang dibangun, dipadu dengan warna merah dan warna gelap yang diterangi dengan cahaya lampu remang-remang, cafe ini memang ideal untuk dijadikan anak-anak muda untuk nongkrong atau kumpul-kumpul dengan gaya gaulnya, tapi bagiku tentu yang lebih sering  beraktivitas dimasjid kampus tentu tidak terbiasa dengan kondisi seperti ini disamping kondisi keuangan yang memang khas anak kost banget.

Setelah menunggu kurang lebih 15 menit, akhirnya temanku itu datang juga,Faiz begitulah kami biasa memanggilnya, ia memang memintaku datang duluan ke cafe ini dan memesankan makanan untuk berdua, dengan jaminan bahwa dia yang akan membayar, aku tentu langsung saja bergegas menurutinya. Pertama kali ketika dia memasuki pintu cafe aku seolah tidak mengenalinya, benar-benar gaya yang berbeda sekali dengan Faiz yang dulu aku kenal, ia mengenakan jaket kulit hitam, dipadu dengan celana jeans berlubang-lubang, ditambah sepatu boot warna coklat ala koboi yang dikenakanya benar-benar merubah penampilannya, Ia datang menghampiriku,
" kabar baik Dimas?" ia menyapaku hangat, masih dengan rona wajah khas, walaupun sekarang kelihatan lebih mirip preman dibandingkan Faiz yang dulu kukenal .
" Alhamdulillah baik, lama kau tak kembali ke semarang ,Iz?
aku hanya membalas singkat, perhatianku masih tak percaya  dengan apa yang kulihat didepanku,aksesoris yang dikenakanya, ikat pinggang dengan motif kepala tengkorak, untaian gelang perak dilengan kananya, jam gaya outdoor, dan kalung dengan bandul ala nazi. Ini benar kau Faiz ? aku tak percaya dalam hati.
"Kenapa  ,Mas? Kaget dengan penampilanku yang seperti ini?" Faiz menyadarkanku dari ekspresi bengong

Aku belum menjawab sampai dia mengambil posisi duduk didepanku dan meminum jus yang sudah kupesankan untuknya.
" Kau kenapa ,Iz? kembali dari Makassar kau tampak berubah sama sekali, penampilanmu berbeda sekali dengan Faiz yang dulu kukenal , Presiden BEM, anak rohis, sekarang tampangmu seperti preman yang dipinggir jalan saja?"
Sambil tertawa kecil dia berkata, " He..he..apa ada yang salah? nggak juga kupikir, lagian aku kesini sebenaranya ingin bertemu denganmu, dan juga teman-teman lain satu mentoring kita dulu, bagaimana kabar mereka sekarang? Apa sudah lulus ?"
" beberapa sih, sudah lulus, tapi masih disemarang kayak Rudi, Amin, Juga Satrio, kalau yang lain masih pada sibuk ngerjain TA, aku juga lagi nge-draft, rencana bulan depan sidang"
" bagus lah, nasibnya lebih jelas dibandingin saya," ia menimpali singkat.

Untuk segala penampilan yang tadi kulihat dari Faiz aku masih bisa maklum, namun ketika ia mengeluarkan rokok Malioboro dari saku jaketnya dan menarik satu batang rokok, dan ingin menyulutnya, aku benar-benar emosi, respon saja aku mengambil batang rokok yang ada dimulutnya,
" Apa maksudnya ini, Iz ! kau bilang padaku dulu ketika pergi ke makassar bahwa kau disana ingin menyelesaikan penelitian di pengolahan limbah dan merintis usaha, sekarang apa jadinya ?! malah nggak karuan kayak gini! Rugi kamu Iz! sia-sia mentoring yang dulu kau jalani ! " kuluapkan seluruh kata-kataku tanpa memperdulikan sekitarku, " apa yang akan dikatakan kawan-kawan yang lain, apa pula yang akan dipikirkan oleh staff-staffmu yang dulu sering kau marahi kalau merokok dikampus ! malah kau sekarang melakukanya, kau benar-benar berubah!

Faiz kembali hanya tersenyum kecil, sambil tanganya memainkan sedotan di gelas jusnya, kulihat pandanganya kosong, ia menghela nafas panjang dan berkata,
" Setelah apa yang dia dan  mereka semua timpakan padaku, apa mereka akan kecewa ? "
Sebuah pertanyaan Retoris bagiku, karena akulah yang tahu apa yang sebenarnya menyebabkan ia pergi ke luar jawa meninggalkan semarang dengan alasan riset dan usaha, padahal ia sebenarnya ingin melarikan diri dari berbagai macam sumber kekeewaan yang menimpanya di semarang ini, walaupun dulu akau berharap bahwa suatu saat ia akan kembali lagi ke semarang bergabung dalam komunitas kami
"realitas itu kadang begitu kejam dimas, kau pati mengerti jika berada dalam posisi ku" Faiz masih melanjutkan kata-katanya,
" sakit hati ini jika mengenang semua yang dulu pernah terjadi" ia kembali terdiam
"apakah tidak pernah kita semua diajari untuk memahami perasaan, atau bersikap toleran ?" tanyanya singkat padaku
Aku terdiam sebentar,
" kau masih kecewa dan sakit hati? faiz dibalik semua peristiwa yang kau alami pasti ada hikmahnya" jawabku singkat
sambil kembali meminum jus, ia kembali menjawab," sekarang sudah lebih baik, tapi jangan kalian semua kaget dengan kondisiku yang sekarang.."
" sudahlah Mas, hari ini aku sempatkan kembali kesini untuk memberikan ini" ia kemudian menyerahkan sebuah gantungan kunci berisi foto kelompok kami saat masih semester 2." aku masih merasa beban jika menyimpan ini kukembalikan saja pada kalian, oh ya aku tidak bisa lama-lama disini malam ini aku mau ke jogja malam ini" ia kemudian beranjak meninggalkan meja makan dan segera menuju ke kasir untuk membayar" Faiz, kami semua masih menunggumu kembali" akhirnya aku berkata sambil masih menatap foto yang diberikanya tadi,"paling tidak datanglah pekan depan di acarannya mas haryanto"

Faiz sempat menoleh, dan tersenyum kecil, lantas pergi meninggalkan cafe, aku pun juga tak mengahbiskan waktu lama lagi disini setelah kepergian faiz, aku bergegas menuju masjid kampus karena waktu maghrib sudah tiba.
**********
Ingatanku melayang saat kami masih awal menjadi mahasiswa baru, asyik dalam suasana penerimaan mahasiswa baru, aktif dalam penyambutan rohis, kemudian kami dikelompokkan dalam satu kelompok mentoring. Hari-hari berjalan begitu menyenangkan dalam diskusi-diskusi kami tentang islam,mengikuti training rohis,LKMM BEM, DM KAMMI semua meninggalkan kesan tersendiri bagiku, terlebih teringat saat rihlah kelompok kami di suatu pantai dipesisir kota semarang,
sedang asyik-asyiknya mengkaji ilmu, tiba-tiba hujan mengguyur, kami lantas berlari menuju warung-warung kecil dipinggir pantai,kami memutuskan untuk tidur, belum lama mata terpejam kami semua terbangun karena "serbuan" nyamuk-nyamuk disekujur tubuh kami, amin mengeluh mulut dan badanya bentol-bentol digigit nyamuk, sejenak hujan reda aku dan yang lain memutuskan untuk kembali ke tengah pantai meninggalkan warung temapt berteduh,
disini lebih nyaman pikirku saat itu, kamipun terlelap tidur, walaupun jam 3 kami terbangun lagi karena hujan mengguyur lagi, paginya kami asik bermain bola dipinggir pantai, kami semua larut bermain hingga saat sudah lelah kami memutuskan pulang, menjelangg pulang rudi tampak kebingungan mencari kunci motornya dicari disaku dan tasnya nggak ada, akhirnya mas haryanto memerintahkan kami untuk "menyapu"pantai tempat kami tidur dengan tangan, setelah menyisir beberapa lama bolak-balik sana kemari, akhirnya amin berteriak setelah menemukan kunci dibawah tumpukan pasir.pengalaman yang tidak terlupakan.
Berbeda kisah saat kami semua sibuk mengurusi PEMIRA , tempel pamflet sana-sini begadang tidur di TPS saat penghitungan suara, ribut-ribut dengan pasangan rival, hujan-hujanan menggalang massa, semua tampak heroik saat itu.

Semua kebahagiaan itu nampak retak saat kami menginjak semester 7, semester tua di usia mahasiswa berkepala 2, terlebih saat Faiz mengungkapkan kekecewaannya pada kami atas putusan konvensi partai mahasiswa menjelang Pemira, ia mengaku kecewa dengan sistem yang digunakan dan putusan yang diambil ,ia mengaku kecewa ketika ia tidak terpilih maju sebagai pasangan presiden BEM universitas saat itu, dengan cara demikian. Ditambah lagi peristiwa beberapa bulan kemudian , yang bagi faiz atau bagiku sendiri dan kawan-kawan yang lain sangat menyakitkan dan akan mengalami perasaan yang sama
(BERSAMBUNG)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Connect Us

Selamat bergabung

Side Ads

Footer Ads

Text Widget

Flexible Home Layout

Tabs

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

views

Follow Us